BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Neraka
Neraka dalam
terminologi al-Quran memiliki beberapa pengertian, di antaranya: 1) Alam
akhirat tempat penyiksaan untuk orang berdosa, 2) Sial, dan 3) Keadaan atau
tempat menyengsarakan, penyakit parah, dan kemiskinan.
Dalam terminologi al-Quran, kata neraka
disebut naar, yang berarti api yang menyala. Secara istilah,
neraka berarti tempat balasan berupa siksaan bagi orang yang berbuat dosa dan
kesalahan.
Neraka adalah tempat penyiksaan dimana bentuk
hukumannya yang paling sangat menyiksa digambarkan sebagai api. Nama-nama
neraka yang digunakan di dalam al-Quran : al-Naar (api), jahannam, al-Jahim (yang
membakar), al-Sa’ir (jilatan api),al-Saqar (api yang menghanguskan), al-Hawiyah (jurang), al-Huthamah (api yang meremukkan).
Untuk lebih
jelasnya, penulis akan mengemukakan kata-kata yang merujuk pada penyebutan kata
neraka dalam al-Quran, yaitu :
- Naar adalah
api yang panas sekali atau api yang dijadikan jin darinya. Adapun
ayat-ayat yang menggunakan kata naar ditemukan
sebanyak 194 kali
- Jahannam, yang
memiliki arti sumur yang dalam. Kata jahannam dalam
al-Quran disebutkan sebanyak 77 kali.
- Kata lazha berarti menyala-nyala, lidah api,
nama untuk neraka. Disebutkan sebanyak 2 kali dalam al-Quran. Yaitu dalam
Qs. al-Ma’arij (70) : 15 dan al-Lail (92) : 14.
- Istilah Huthamah, yang merujuk kepada makna neraka
disebutkan sebanyak 2 kali dalam al-Quran, yaitu QS al-Humazah (104) :
4-5. Sedangkan kata yang memiliki akar kata huthamah disebutkan 6 kali, selain dari QS al-Humazah
(104) : 4-5, semuanya bermakna hancur. Huthamah adalah
memecahkan atau meremukkan sesuatu, seperti terdapat dalam Qs. An-Naml
(27) : 18, yaitu “agar tidak terinjak oleh Sulaiman dan tentaranya”.
- Kata Sa’ir memiliki arti kayu api yang menyala-nyala,
disebutkan sebanyak 19 kali dalam al-Quran.
- Kata
neraka yang menggunakan istilah saqar, dalam
al-Quran disebutkan sebanyak 4 kali.Adapun artinya adalah dari kerasnya
cahaya matahari.
- Kata Jahim memiliki arti api yang menyala-nyala,
tempat yang amat panas dan ditemukan sebanyak 26 kali dalam al-Quran.
- Kata Hawiah berarti jatuh dari atas ke bawah.
Disebutkan 1 kali dalam al-Quran. Sedangkan kata yang menunjuk akar
katanya (hawa), disebutkan sebanyak 38 kali.
Berdasarkan pengertian neraka dalam
Terminologi al-Quran tersebut, tampak bahwa semua kata memiliki arti yang sama,
yaitu neraka mengandung arti api dan panas yang menyala-nyala atau bergejolak
dan dapat meremukkan. Pengertian ini menunjukkan bahwa tempat yang disebutkan
sebagai neraka adalah tempat dan keadaan yang tidak menyenangkan.
2.2 Proses penciptaan Neraka
Beberapa ulama’[1]
bersandarkan pada sebuah riwayat dalam sunan al tirmidzy. Matan beserta
sanad hadis tersebut adalah sebagai berikut :
حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ الدُّورِيُّ الْبَغْدَادِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
أَبِي بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ عَاصِمٍ هُوَ ابْنُ بَهْدَلَةَ عَنْ أَبِي
صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُوقِدَ عَلَى النَّارِ
أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى احْمَرَّتْ ثُمَّ أُوقِدَ عَلَيْهَا أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى
ابْيَضَّتْ ثُمَّ أُوقِدَ عَلَيْهَا أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى اسْوَدَّتْ فَهِيَ
سَوْدَاءُ مُظْلِمَة[2]
“Api neraka dipanaskan selama seribu tahun,
sehingga ia me-merah, kemudian seribu tahun lagi sampai ia me-mutih, lalu
seratus tahun lagi, sampai meng-hitam. Karenanya api neraka itu hitam kelam”
أَلْفَ سَنَةٍ - Seribu tahun
احْمَرَّتْ - me-merah
ابْيَضَّتْ- me-mutih
اسْوَدَّتْ- meng-hitam
سَوْدَاءُ مُظْلِمَة- Hitam kelam
Keterangan al tirmidzi mengenai
“nilai” hadis tersebut, menunjukkan bahwa dari sekian riwayat yang serupa
matannya dengan hadis ini, hanya jalur transmisi inilah (yahya bin abi
bukair-syarik-‘ashim bin bahdlah-abu sholih-abu huroiroh), yang tersambung
sampai Nabi SAW. Sedangkan lainnya, hanya merupakan hadis – hadis yang mauquf.
Jalur ini juga dapat ditemukan dalam sunan ibn
majah tetapi dengan redaksi matan yang sedikit berbeda :
حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ الدُّورِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
أُوقِدَتْ النَّارُ أَلْفَ سَنَةٍ فَابْيَضَّتْ ثُمَّ أُوقِدَتْ أَلْفَ سَنَةٍ فَاحْمَرَّتْ
ثُمَّ أُوقِدَتْ أَلْفَ سَنَةٍ فَاسْوَدَّتْ فَهِيَ سَوْدَاءُ كَاللَّيْلِ
الْمُظْلِمِ
Adapun kwalitas rawinya, adalah tsiqot yang terpercaya kecuali
‘ashim bin bahdlah yang dinilai oleh Muhammad bin sa’ad dan beberapa ulama’ jarh
sebagai tsiqot yang sering melakukan salah. Karenanya, hadis ini
termasuk kategori hadis ‘aziz hasan
Pengarang kitab Tuhfatul Afwadzi menyebutkan : Neraka itu berlapis -
lapis, dan yang dipanasi adalah kesemuanya, di mana satu lapisan dipanasi di
bawah lapisan yang lain, dan seterusnya. Pemakaian wazn “if’alla” dalam
penyebutan perubahan warna neraka menunjukkan betapa sangat panasnya ia (lil
mubalaghoh). Sedang berubahnya api itu hingga menjadi hitam sebagaimana
malam, mengandung makna tahdzir, jangan sampai umat Islam melakukan
pekerjaan yang menuju ke arah yang gelap.[3] Jika sampai saat sekarang, kita baru bisa
menemukan api biru sebagai api terpanas, maka entah perlu ribuan atau bahkan
jutaan kali lipat usahakah, untuk menghasilkan api yang warnanya seperti
tertulis dalam hadis tersebut.
2.3 Panas Api Neraka
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ
عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَارُكُمْ
جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً قَالَ فُضِّلَتْ عَلَيْهِنَّ بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ
جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا[4]
”Apimu (api dunia yang biasaya kau jumpai) hanyalah satu bagian dari
tujuh puluh bagian api jahannam, seseorang bertanya : bagaimana jika seluruhnya
?, nabi menjawab : tambahlah 69 bagian yang masing – masing bagian sama
panasnya”
Namun, dalam riwayat shahih lain,
imam Ahmad menyebutkan sebuah hadis gharib, bahwa perbandingan api dunia
dengan api neraka adalah 1 : 100 dan bukan 1 : 70.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْعَزِيزِ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ هَذِهِ النَّارُ جُزْءٌ
مِنْ مِائَةِ جُزْءٍ مِنْ جَهَنَّمَ[5]
Mengenai dua perbedaan mencolok ini, Ibnu
Hajar berkomentar : ”memahami dua hadis ini, kita harus menyatakan bahwa maksud
utama dari hadis adalah untuk menyatakan ”banyak” tanpa harus dibatasi dengan
jumlah riil (70 atau 100)”.[6]
Sebuah Hadis terkenal lain yang merujuk
pada makna ”sangat panasnya api neraka” dan yang maknanya sering dijadikan
rujukan adalah yang diriwayatkan oleh ibn majah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي
وَيَعْلَى قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ أَبِي خَالِدٍ عَنْ نُفَيْعٍ أَبِي
دَاوُدَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ نَارَكُمْ هَذِهِ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ
نَارِ جَهَنَّمَ وَلَوْلَا[7]
Selain menyebut nash matan seperti
hadis sebelumnya, Ibn Majah menambah kalimat “ dan jika api itu dipadamkan
dengan air dua kali maka, sungguh (pekerjaan itu) tak berguna sama sekali (dan
api itu akn tetap menyala), sesungguhnya api itu memohon kepada Allah agar agar
Ia tak bisa dipadamkan olehnya.”
Hanya saja, ternyata riwayat ini tak bisa
dipegangi sanadnya, ia adalah hadis ‘aziz dho’if yang hanya
diriwayatkan oleh imam Ibn majah. Sesungguhnya
membayangkan tujuh puluh (atau seratus) kali lipat rasa dari api yang pernah kita
temui, sama dengan mengatakan :”jika hanya dengan satu (kali) api, rumah,
kampung, dan hutan bias terbakar, maka tak akan sesuatu di dunia yang tak kan
bisa bertahan dari api yang panasnya seratus kali lipat dari api – api dunia.”
Barangkali inilah makna yang lebih dalam dari dzahir hadis tersebut.
2.4 Salah satu contoh penghuni Neraka
§
Al-Lu’Lu Wal Marjan
Pemerintah yang
korupsi pada rakyatnya akan masuk Neraka
حد يث معقل بن
يسا ر ا ن عبيد ا لله بن زيا د عا د ه فى مر ضه ا لذ ي ما ت فيه فقا ل له معقل اني
محد ثك حد يثا سمعته من ر سو ل ا لله صلى ا لله عليه و سلم سمعته ا لنبي صل ا لله
عليه و سلم يقو ل ما من عبد ا ستر عا ه ا لله ر عية فلم يحطها بنصيحة ا لا لم يجد
را ئحة ا لجنة
Ma’qil bin Yasar r.a. ketika sakit
dijenguk oleh Gubernur Ubaidillah bin Ziyad, maka Ma’qil berkata: Aku
akan menyampaikan kepadamu suatu hadits yang telah aku dengar dari Rasulullah
saw., beliau bersabda: Siapa yang diamanati oleh Allah untuk memimpin
rakyat, lalu ia tidak memimpinnya dengan tuntunan yang baik, maka ia tidak akan
dapat merasakan bau surga. (Bukhari, Muslim).
Yakni bila tidak merasakan bau surga maka pasti masuk neraka.
§
Mufrodat
ا ستر عا ه ا لله - Di amanati Allah
ر عية - Pemimpin
را ئحة ا لجنة – Bau
Surga
§
Penjelasan
Hadits
Di zaman sekarang banyak para pe jabat-pejabat yang kedudukannya tinggi maupun rendah
telah melakukan korupsi, padahal apa yang dia lakukan adalah salah seperti
hadits dibawah ini : Ma’qil bin Yasaar r.a ketika sakit di sambang
(jenguk) oleh gubernur Ubaidillah bin Ziyaad maka Ma’qil berkata : saya akan
menyampaikan kepadamu suatu hadits yang telah aku dengar dari Rasulullah saw.
Bersabda : siapa yang diamanati oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak
memimpinnya dengan tuntunan yang baik, maka ia tidak akan dapat merasakan bau
sorga. (H.R bukhari dan muslim).
Dari hadits tersebut jelas apabila seorang pemimpin tidak memimpin
rakyatnya dengan baik dan tidak amanah maka ia tidak akan mencium bau sorga dan
apabila dia tidak mencium bau sorga niscaya dia masuk neraka.
Adapun orang yang berbuat korupsi adalah orang yang mengambil hak orang
muslim. Bahwasanya terdapat ancaman berat bagi orang yang sudah bersumpah
diatas al-qur’an sebelum di lantik menjadi presiden atau pejabat-pejabat
lainnya namun sumpahnya palsu.
Dalam buku Al-LU’LU WAL MARJAN
(himpunan hadist shahih yang disepakati oleh bukhari dan muslim),terdapat
ancaman berat terhadap orang yang mengambil hak orang muslim dengan sumpah
palsu. Di terangkan dalam hadist dibawah ini
Abdullah bin Mas’ud r.a berkata : Rasulullah saw.
Bersabda : siapa yang berani sumpah untuk mengambil hak (harta) seorang muslim,
ia menghadap kepada Allah, sedang Allah murka kepadanya. Maka Allah menurunkan
kebenaran keterangan itu di Q.S.AL-IMRAN ayat 77 :
“Sesungguhnya orang yang menukar (membeli)
janji Allah dan sumpah dengan harta yang sedikit, mereka tidak akan mendapat
bagian di akhirat, dan Allah tidak berkata-kata kepada mereka pada hari qiamat
dan tidak akan melihat mereka, dan tidak akan memaafkan mereka bahkan tetap
bagi mereka siksa yang pedih.”(Q.S. al-imran 77)
Kemudain masuklah Al-Asy’ats bin Qays dan bertanya
: apakah yang diceritakan oleh abdurrahman kepada kalian ? jawab kami: ini dan
itu, lalu ia berkata : ayat itu turun mengenai diriku, yaitu saya memiliki
sebuah sumur di tanah sepupuku, mendadak ia akui haknya, maka Nabi saw.
Bersabda kepadaku: harus anda membawa bukti, jika tidak, maka akan diminta
sumpahnya, lalu aku berkata: jika demikian pasti ia akan bersumpah ya
Rasulullah. Maka Nabi saw. Bersabda: siapa yang mengambil hak orang muslim,
padahal ia lancung, maka ia akan mengahadap pada Allah sedang Allah murka
kepadanya . (H.R bukhari dan muslim).
[1] Lihat : ‘Abdurrohin Bin Ahmad, daqoiq al akhbar fi dzikr al
jannah wa al nar, (Beirut : dar al kutub al’ilmiyyah, 1984) hal. 62 Dalam
kitab ini, pembaca akan menemukan banyak sekali cerita tentang hal ihwal alam
ghaib. Termasuk neraka. Hanya saja, pengarang kitab tidak memberikan jeda dan
menandai cerita mana yang bersumber dari hadis ataupun yang merupakan
penjelasan atau interpretasi dari dirinya dan interpretator lain. Karenanya, untuk
obyektivitas hasil, penulis hanya mencantumkan dalam makalah ini data – data
yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu yang rujukannya melalui jalur riwayat
yang terpercaya.
[2] CD ROM. Mausuah
al-Hadits al-Syarif, al tirmidzi,
sunan al tirmidzi hadits k-2516 (Global Islamic Software, 1997).
[3] Dalam penafsiran ini, juga tampak usaha dari
pengarang kitab untuk men-sinkretis-kan pemahaman secara dzahir dan bathin. Lihat
: Tuhwatul ahwadzy fi syarh al bukhory, CD ROM. al-Maktabah al-Syamilah,
Kutub el-Barnamij fi syuruh al hadis. Vol 6, hlm 378
[4] Takhrij : Muslim : 5077/ Tirmidzi : 2514/7025/7778/9650/9811/ Malik : 1579/
Darimy : 2723. hadis ini shahih, walaupun satu dari
sembilan sanadnya (yang diriwayatkan oleh Ibrohim bin Muslim dari ‘amr
bin al aswad dari Abu huroiroh) bernilai dha’if karena Ibrohim bin
Muslim adalah seorang yang ceroboh dalam periwayatan
hadis.Lihat : CD ROM. Mausuah al-Hadits al-Syarif, Abu Abdillah Muhammad
Ibn Isma'il al-Bukhari, Shahih Bukhari hadits k-3025 (Global Islamic Software,
1997).
[5] Lihat : CD ROM.
Mausuah al-Hadits al-Syarif, Ahmad bin hanbal, Musnad Ahmad, hadits
k-8568 (Global Islamic Software, 1997).
[6] Ibn Hajar al ‘asqolany, fath al bary fi
syarh al bukhory CD ROM. al-Maktabah al-Syamilah, Kutub el-Barnamij fi
syuruh al hadis. Vol 10, hlm 50
[7] Lihat : CD ROM.
Mausuah al-Hadits al-Syarif, Ibn Majah, sunan ibn majah, hadits
k-4309 (Global Islamic Software, 1997).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar