Tafsir
Al Misbah Q.S Al-Insyiroh
1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?
2. dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu
3. yang memberatkan punggungmu
4. dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu
5. Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan
6. sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan
7. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)
8.
dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap.
“Bukankah kami telah melapangkan untukmu
dadamu?”
Akhir
surat lalu ad-Duha memrintahkan Nabi Muhammad SAW. Agar menampakan dan
menyampaikan berbagai nikmat Allah yang telah dianugrahkan kepada beliau. Maka
nikmat tersebut di uraikan oleh surah ini.
Pada ayat ini
Rasulullah SAW diingatkan bahwa, walaupun penyampaian itu berat dan masih di
tolak oleh banyak manusia, beliau tidak perlu khawatir atau berkecil hati
karena Allah senantiasa bersama beliau dimasa lalu dan dimasa yang kan datang.
Ayat diatas menegaskan bahwa :”Bukankah Kami,yakni Allah secara langsung dan
bersama siapa saja yang ditugaskan-Nya,telah melapangkan secara khusus untukmu,
wahai Nabi Muhammad,dadamu,yakni hatimu,sehingga engkau seharusnya merasa
tenang dengan kehadiran Kami?”.
Ada sebagian
yang berpendapat bahwa arti نشرح terambil dari kata شرح yang artinya memperluas,melapangkan yang
diartikan dengan pembelahan dada Nabi Muhammad SAW yang menurut riwayat pernah
dilakuakan oleh para malaikat,baik dikala beliau remaja maupun beberapa saat
sebelum beliau Isra’ dan Mi’raj-kan. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh
an-Naisaburi.
Ayat diatas
berbicara tentang kelapangan dada dalam pengertian immaterial yang dapat
menghasilkan kemampuan menerima dan menemukan kebenaran,hikmah,dan
kebijaksanaan,serta kesanggupan menampung bahkan memaafkan kesalahan dan
gangguan-gangguan orang lain.
“Dan kami
telah menanggalkan darimu bebanmu yang memberatkan punggungmu.”
Disamping
kemudahan yang diterima Nabi Muhammad SAW,ayat diatas menunjukan bantahan
terhadap Sayyid Qutub yang mengemukakan bahwa pada ayat diatas Rasulullah SAW
berputus asa atau bekeluh kesah terhadap beban dakwah yang di pikul. Padahal
senyatanya adalah pada ayat pertama Rasulullah telah dilapangkan dadanya dan
jiwanya sangat tenang.
Disebutkannya
kelapangan dada sebagai anugerah Allah tidak harus dan tidak hanya mungkin
disebabkan adanya “keluh kesah” menyangkut misi dakwah,tetapi dapat juga di
sebabkan faktor lain. Menurut sekian banyak riwayat yang dikemukakan oleh
banyak ahli tafsir, antara lain Ibnu Katsir, bahwasanya menjelang turunnya
ayat-ayat surat ini Nabi Muhammad saw. Membanding-bandingkan keadaannyadengan
keadaan nabi terdahulu, kemudian mengajukan suatu permohonan yang sebenarnya
“kecil” dibandingkan dengan anugrah yang telah diperolehnya. Nah, ketika itu
turun yat-ayat ini. Dari riwayat ini jelas tidak ada keluh kesah menyangkut
dakwah sehingga pendapat yang dikemukakan oleh Sayyid Quthub jadi tidak
beralasan lagi.
Riwayat ini
justru menguatkan kesan yang ditimbulkan oleh kata laka yang telah dikemukakan
diatas, yakni anugerah yang diperoleh Nabi Muhammad saw. Merupakan anugerah
khusus dan melebihi anugerah yang telah diterima oleh nabi-nabi sebelumnya.
“Dan kami
meninggikan bagimu sebutanmu.”
Ulama-ulama
tafsir menjelaskan bahwa ketinggian nama Nabi Muhammad Saw. Tercermin antara
laindengan adanya ketetapan Allah untuk tidak menerima suatu pengakuan tentang
keesaan-Nya kecuali berbarengan dengan pengakuan tentang kerasulan Nabi
Mahammad Saw., demikian pula dengan digandengkannya nama Allah swt. Dengan nama
beliau dalam Syahadat,Adzan,dan Iqamah serta kewajiban taat kepada beliau
merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah. Di samping itu setiap nabi yang
diutus telah mengikat janji dengan Allah untuk mempercayai dan membela
Muhammad,sebagaimana ditegaskan dalam QS.Ali Imran : 81.
“Maka
sesungguhnya dalam kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan.”
Dalam
ayat 5 dan 6 ini bermaksud menjelaskan salah satu sunnah-Nya yang bersifat umum
dan konsisten,yaitu “setiap kesulitan pasti disertai atau disusuli dengan
kemudahan selama yang bersangkutan bertekad untuk menanggulanginya.” Ini
dibuktikan-Nya dengan contoh kongkrit pada diri Rasulullah saw. Beliau datang
sendiri,ditantang dan dianiaya, sampai-sampai beliau dan keluarganya diboikot
oleh kaum kaummusyrikin di mekah, tidak boleh jual beli atau kawin mawin, tidak
pula boleh berbicara dengan beliau dan keluarganya selam setahun, disusul
dengan setahun lagi sampai dengan tahun ke tiga. Tetapi, pada akhirnya tiba
juga kelapangan dan jalan keluar yang selama ini mereka dambakan. Ayat-ayat
diatas seakan menyatakan : kelapangan dada yang engkau peroleh, wahai Nabi
Muhammad, keringanan beban yang selama ini engkau rasakan, keharuman nama yang
engkau sandang, itu semua disebabkan sebelum ini engkau telah mengalamipuncak
kesulitan. Namun, engkau tetap tabah dan optimissehingga berlakulah bagimu
sunna(ketetapan Allah), yaitu “apabila krisis atau kesulitan telah mencapai
puncaknya maka pasti ia akan sirna dan disusul dengan kemudahan.
“Maka apabila
engkau telah selesai maka (bekerjalah) hingga engkau letih dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya engkau berharap.”
Setiap
kesulitan selalu disusul atau dibarengi oeh kemudahan, demikian pesan ayat-ayat
yang lalu. Kalu demikian, yang dituntut hanyalah kesungguhan bekerja dibarengi
dengan harapan serta optimisme akan kehadiran bantuan Illahi. Hal inilah yang
dipesankan oleh ayat-ayat diatas dengan menyatakan: Maka,apabila engkau telah
selesai, yakni sedang berada di dalam keluangan setelah tadinya engkau sibuk,
maka bekerjalah dengan sungguh-sungguh hingga engkau letih atau hingga tegak
dan nyata suatu persoalan baruda hanya kepada Tuhan mua saja tidak kepada
siapapunselain-Nya hendaknya engkau berharap dan berkeinginan penuh guna
memperoleh bantuan-Nya dalam menghadapi setiap kesulitan serta melakukan suatu
aktivitas.[1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar