Senin, 18 April 2016

TAFSIR AL MISBAH Q.S Al-INSYIROH

Tafsir Al Misbah Q.S Al-Insyiroh

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ﴿١
1.       Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?
وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ ﴿٢
2.       dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu
ٱلَّذِىٓ أَنقَضَ ظَهْرَكَ ﴿٣
3.       yang memberatkan punggungmu
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ﴿٤
4.       dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٥
5.       Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٦
6.       sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan
فَإِذَا فَرَغْتَ فَٱنصَبْ ﴿٧
7.       Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرْغَب ﴿٨
8.       dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu?

Akhir surat lalu ad-Duha memrintahkan Nabi Muhammad SAW. Agar menampakan dan menyampaikan berbagai nikmat Allah yang telah dianugrahkan kepada beliau. Maka nikmat tersebut di uraikan oleh surah ini.
Pada ayat ini Rasulullah SAW diingatkan bahwa, walaupun penyampaian itu berat dan masih di tolak oleh banyak manusia, beliau tidak perlu khawatir atau berkecil hati karena Allah senantiasa bersama beliau dimasa lalu dan dimasa yang kan datang. Ayat diatas menegaskan bahwa :”Bukankah Kami,yakni Allah secara langsung dan bersama siapa saja yang ditugaskan-Nya,telah melapangkan secara khusus untukmu, wahai Nabi Muhammad,dadamu,yakni hatimu,sehingga engkau seharusnya merasa tenang dengan kehadiran Kami?”.
Ada sebagian yang berpendapat bahwa arti نشرح  terambil dari kata شرح  yang artinya memperluas,melapangkan yang diartikan dengan pembelahan dada Nabi Muhammad SAW yang menurut riwayat pernah dilakuakan oleh para malaikat,baik dikala beliau remaja maupun beberapa saat sebelum beliau Isra’ dan Mi’raj-kan. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh an-Naisaburi.
Ayat diatas berbicara tentang kelapangan dada dalam pengertian immaterial yang dapat menghasilkan kemampuan menerima dan menemukan kebenaran,hikmah,dan kebijaksanaan,serta kesanggupan menampung bahkan memaafkan kesalahan dan gangguan-gangguan orang lain.

Dan kami telah menanggalkan darimu bebanmu yang memberatkan punggungmu.

Disamping kemudahan yang diterima Nabi Muhammad SAW,ayat diatas menunjukan bantahan terhadap Sayyid Qutub yang mengemukakan bahwa pada ayat diatas Rasulullah SAW berputus asa atau bekeluh kesah terhadap beban dakwah yang di pikul. Padahal senyatanya adalah pada ayat pertama Rasulullah telah dilapangkan dadanya dan jiwanya sangat tenang.
Disebutkannya kelapangan dada sebagai anugerah Allah tidak harus dan tidak hanya mungkin disebabkan adanya “keluh kesah” menyangkut misi dakwah,tetapi dapat juga di sebabkan faktor lain. Menurut sekian banyak riwayat yang dikemukakan oleh banyak ahli tafsir, antara lain Ibnu Katsir, bahwasanya menjelang turunnya ayat-ayat surat ini Nabi Muhammad saw. Membanding-bandingkan keadaannyadengan keadaan nabi terdahulu, kemudian mengajukan suatu permohonan yang sebenarnya “kecil” dibandingkan dengan anugrah yang telah diperolehnya. Nah, ketika itu turun yat-ayat ini. Dari riwayat ini jelas tidak ada keluh kesah menyangkut dakwah sehingga pendapat yang dikemukakan oleh Sayyid Quthub jadi tidak beralasan lagi.
Riwayat ini justru menguatkan kesan yang ditimbulkan oleh kata laka yang telah dikemukakan diatas, yakni anugerah yang diperoleh Nabi Muhammad saw. Merupakan anugerah khusus dan melebihi anugerah yang telah diterima oleh nabi-nabi sebelumnya.

Dan kami meninggikan bagimu sebutanmu.”

Ulama-ulama tafsir menjelaskan bahwa ketinggian nama Nabi Muhammad Saw. Tercermin antara laindengan adanya ketetapan Allah untuk tidak menerima suatu pengakuan tentang keesaan-Nya kecuali berbarengan dengan pengakuan tentang kerasulan Nabi Mahammad Saw., demikian pula dengan digandengkannya nama Allah swt. Dengan nama beliau dalam Syahadat,Adzan,dan Iqamah serta kewajiban taat kepada beliau merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah. Di samping itu setiap nabi yang diutus telah mengikat janji dengan Allah untuk mempercayai dan membela Muhammad,sebagaimana ditegaskan dalam QS.Ali Imran : 81.

Maka sesungguhnya dalam kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

Dalam ayat 5 dan 6 ini bermaksud menjelaskan salah satu sunnah-Nya yang bersifat umum dan konsisten,yaitu “setiap kesulitan pasti disertai atau disusuli dengan kemudahan selama yang bersangkutan bertekad untuk menanggulanginya.” Ini dibuktikan-Nya dengan contoh kongkrit pada diri Rasulullah saw. Beliau datang sendiri,ditantang dan dianiaya, sampai-sampai beliau dan keluarganya diboikot oleh kaum kaummusyrikin di mekah, tidak boleh jual beli atau kawin mawin, tidak pula boleh berbicara dengan beliau dan keluarganya selam setahun, disusul dengan setahun lagi sampai dengan tahun ke tiga. Tetapi, pada akhirnya tiba juga kelapangan dan jalan keluar yang selama ini mereka dambakan. Ayat-ayat diatas seakan menyatakan : kelapangan dada yang engkau peroleh, wahai Nabi Muhammad, keringanan beban yang selama ini engkau rasakan, keharuman nama yang engkau sandang, itu semua disebabkan sebelum ini engkau telah mengalamipuncak kesulitan. Namun, engkau tetap tabah dan optimissehingga berlakulah bagimu sunna(ketetapan Allah), yaitu “apabila krisis atau kesulitan telah mencapai puncaknya maka pasti ia akan sirna dan disusul dengan kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai maka (bekerjalah) hingga engkau letih dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya engkau berharap.”

Setiap kesulitan selalu disusul atau dibarengi oeh kemudahan, demikian pesan ayat-ayat yang lalu. Kalu demikian, yang dituntut hanyalah kesungguhan bekerja dibarengi dengan harapan serta optimisme akan kehadiran bantuan Illahi. Hal inilah yang dipesankan oleh ayat-ayat diatas dengan menyatakan: Maka,apabila engkau telah selesai, yakni sedang berada di dalam keluangan setelah tadinya engkau sibuk, maka bekerjalah dengan sungguh-sungguh hingga engkau letih atau hingga tegak dan nyata suatu persoalan baruda hanya kepada Tuhan mua saja tidak kepada siapapunselain-Nya hendaknya engkau berharap dan berkeinginan penuh guna memperoleh bantuan-Nya dalam menghadapi setiap kesulitan serta melakukan suatu aktivitas.[1]



[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah.hlm 408-424

Tidak ada komentar:

Posting Komentar