Ø Q.S YASIN : 30
A. TAFSIR IBNU
KATSIR TENTANG IHSAN Q.S YASIN :30
يَٰحَسۡرَةً
عَلَى ٱلۡعِبَادِۚ مَا يَأۡتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُواْ بِهِۦ
يَسۡتَهۡزِءُونَ ٣٠
"Alangkah
besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpunkepada
mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokan"
Ali
bin Abi Thalib berkata, dari Ibnu Abbas ra. tentang firman Allah "Alangkah
besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, yaitu alangkah celakanya hamba-hamba
itu." Qatadah berkata : "Alangkah besarnya penyesalan terhadap
hamba-hamba itu," yaitu alangkah celaka hamba-hamba itu terhadap diri
mereka sendiri atas apa yang mereka sia-siakan dari perintah Allah dan
kelalaian mereka di sisi Allah."
Pada
sebagian qiraat makna hal ini berarti alangkah rugi dan menyesalnya mereka pada
hari kiamat saat mereka menyaksikan adzab, bagaimana dahulu mereka mendustakan
Rasul-rasul Allah serta menyelisihi perintahNya. Karena di dunia dahulu mereka
mendustakan semua yang telah di perintahkan.
Tidak
ada seorang Rasul pun kepada mereka melainkan mereka selau memperolok-oloknya.
yaitu mereka mendustakan, mengolok-ngolok dan mengingkari kebenaran risalah
yang disampaikannya, kemudian Allah SWT berfirman: "Tidakah mereka
mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah kami binasakan,
bahwa sanya(orang-orang yang telah kami binasakan )itu tidak kembali kepada
mereka," yaitu tidakkah mereka mendapatkan nasehat atas apa yang telah
mereka kerjakan melainkan di dalam nya da hikmah yang dapat di ambil atas
segala kejadian. Sebagaimana mereka didunia ini tidak mempunyai jalan keluar.
Perkaranya tidak sebagaimana yang dikira oleh mayoritas orang-orang bodoh dan
orang-orang fajir di kalangan mereka yang berkata." Kehidupan itu tidak
lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini,kita mati dan kita hidup." (Q.s
Al Mu'minun:37). Mereka adalah orang-orang yang mengatakan tentang perputaran
masa dari kelompok atheis. Mereka adalah orang-orang yang berkeyakinan karena
kebodohannya bahwa mereka akan di kembalikan ke dunia, sebagaimana keberadaan
mereka dahulu.
Maka
Allah menolak pandangan bathil mereka dengan firmanNya:
"Tidakkah
mereka mengatahui betapa banyak ummat-ummat sebelum mereka yang telah kami
binasakan, bahwa sanya (oarang-orang yang telah kami binasakan)itu tidak
kembali kepada mereka," Dan firman Allah "Dan setiap mereka semuanya
akan dikumpulkan kembali kepada Kami, yaitu sesungguhnya seluruh ummat-ummat
terdahulu akan dihadirkan pada hari kiamat untuk diperhitungkan dihadapan Allah
lalu, Dia membalas seluruh amal mereka, yang baik maupun yang buruk. Makanya
ayat ini seperti firman Allah "Dan sesungguhnya kepada masing-masing
mereka yang berselisih itu pasti Rabb mu akan akan menyempurnakan dengan
cukup(balasan)pekerjaan mereka (QS. Huud:111)
B. TAFSIR
AL MISBAH TENTANG IHSAN Q.S YASIN :30
يَٰحَسۡرَةً
عَلَى ٱلۡعِبَادِۚ مَا يَأۡتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُواْ بِهِۦ
يَسۡتَهۡزِءُونَ ٣٠
"Alangkah
besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang
rasulpunkepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokan"
setelah ayat-ayat yang lalu
menguraikan kesudahan para pembangkang, sangat wajar jika siapapun merasa iba
dan menyesal mendengar keadaan mereka yang sebenarnya jika mereka mau mengikuti
nasihat dan beriman tentulah mereka dapat terhindar. Ayat di atas menyatakan:
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hambaitu dan siapapun yang seperti
mereka. Keburukan utama mereka adalah tidak datang kepada mereka seorang rasul
pun atau memberi peringatan dan nasihat melainkan mereka selalu tehadapnya,
yakni terhadap pemberi peringatan itu, enngan percayabahkan berolok-olok.
Tidakkah mereka melihat dengan mata hati dan pikiran sehingga dapat mengambil
pelajaran berapa banyak, yakni banyak sekali, yang telah kami binasakan dari
generasi-generasi sebelum mereka sejak masa adam hingga masa kini karena
kedurhakaan mereka. Tidakkah mereka melihat bahwa mereka, yakni orang-orang
yang telah kami binasakan itu, tidak dapat hidup lagi di dunia dan kembali
kepada mereka hamba-hamba yang durhaka itu untuk bersama-sama berfoya-foya dan
durhaka.
Kata (hasratan)
berarti penyesalan yang besar akibat luputnya sesuatu yang bermanfaat. Kta (ya) yang berarti kata ini digunakan
untuk mengundang mitra bicara memerhatikan apa yang kan disampaikan, dalam hal
ini adalah penyesalan atas penolakan mereka terhadap ajakan rasul. penyesalan
itu lebih besar lagi karena mereka sebagai i'bad (hamba-hamba Allah)seharusnya
menyambut panggilan Illahi, tetapi mereka menampiknya.
kalimat di atas di fahami banyak
ulama dalam arti komentar Allah Swt. atas peristiwa yang menimpa para
pendurhaka itu. memang Allah tidak pernah menyesal, tetapi yang Mahakuasa itu
berfirman demikian untuk menggambarkan bahwa siapapun ysng dilengkapi dengan
naluri penyesalan pasti akan menyesal mengalami atau mengetahui tentang
peristiwa itu. Betapa tidak, kenikmatan abadi yang dihidangkan kepada mereka
denagan sangat indah dan mudah diraih justru mereka tanpik dan tolak. Bukankah
irtu suatu penyesalan yang tiada taranya?
Ayat diatas menggunakan kata (i'bad) digunakan Al-Quran untuk
menunjuk hamba-hambaNya yang taat dan dekat kepadaNya atau yang berdosa tetapi
telah menyadari dosanya. Disini, yang dibicarakan adalah hamba-hamba Allah yang
telah dibinasakan karena kedurhakaan mereka sehiingga tentu saja ketika itu
mereka telah menyadari dosanya. Atas dasar itu pula kita tidak perlu memahami
kata ini sebagaimana pemahaman sementara orang bahwa yang dimaksud adalah
ketiga rasul itu atau para malaikat. Menurut mereka, para malaikat atau
rasul-rasul sangat besar penyesalannya akibat kedurhakaan manusia yang selalu
memperolok-olokan utusan-utusan Allah.
Kata (yarji'un) dipahami oleh al-Biqa'i dalam arti bertaubat atas
kedurhakaan mereka dan kembali ke jalan yang benar dengan mengikuti para rasul.
Kata ini menurutnya, serupa dengan kata yang sama dalam firman Allah Q.S
As-sajadah :21
"Dan sesungguhnya kami
mersakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang
lebih besar (di akhirat) mudah-mudahan mereka kembali ke jalan yang
benar."Dengan pemahaman ini , kata ilaihim
kepada mereka berarti kepada rasul-rasul itu. Pemahaman ini juga
menurutnya, membuktikan bahwa ayat ini bukan lah membantah kepercayaan
inkarnasi karena kepercayaan sesat semacam itu tidak dikenal oleh masyarakat
Arab dan konteks ayat pun tidak menyinggung sedikitpun tentang hal tersebut.
C. TAFSIR
NURUL QURAN TENTANG IHSAN Q.S YASIN :30
يَٰحَسۡرَةً
عَلَى ٱلۡعِبَادِۚ مَا يَأۡتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُواْ بِهِۦ
يَسۡتَهۡزِءُونَ ٣٠
"Alangkah
besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang
rasulpunkepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokan"
Mengolok-olok nabi Allah telah
menjadi adat kebiasaan kaum musyrik di sepanjang sejarah umat manusia.
ayat ini secara nyata dan tepat
sasaran membahas dalam satu pembahasan tentang perlawanan kaum musyrikin
terhadap seruan para nabi Allah. Ayat ini berbunyi :
" Alangkah besarnya penyesalan
terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpunkepada mereka melainkan
mereka selalu memperolok-olokan"
Celakalah bagi mereka yang menutup
pintu-pintu rahmat Allah bagi diri mereka sendiri!penyesalan bagi mereka yang
merusak pelita petunjuk!
Kesengsaraan dan kehilangan
kebahagiaan lah bagi mereka yang bukan sekedar tidak mendengarkan seruan para
pemimpin utusan Allah, tetapi juga berusaha mengolok-olok para utusan tersebut
dan membunuhnya dengan pedang-pedang tajam. Padahal mereka telah mengetahui
nasib buruk orang-orang kafir congkak sebelum mereka mendengar dengan telinga
mereka sendiri atau bahkan mempelajarinya dalam sejarah tentang akhir riwayat
orang-orang kafir tersebut. Namun kaum musyrik itu tidak sedikitpun mau
mengambil hikmah. Mereka justru menapak
jalan yang sama dengan orang-orang kafir tersebutsehingga akhirnya mengalami
nasib yang sama.
Jelaskan bahwa kalimat dalam ayat
ini adalah firman Allah, karena seluruh ayat-ayat tersebut telah ditegaskan
berasal dari Allah. Akan tetapi, kata "Alangkah besarnya penyesalan
", sebagai ungkapan kejengkelan berkaitan dengan bencana yang menimpa kaum
musyrik sehingga mereka tidak bisa berbuat apapun, tidak berarti bahwa kata
tersebut disifatkan kepada Allah seperti murka, amarah dan semacamnya, dan kata
tersebut pada kandungan makna yang sesungguhnya tidak berkaitan dengan Allah.
Kata tersebut dimaksudkan untuk menunjukan keadaan kaum musyrik yang tertimpa
bencana tersebut sehingga tatkal mereka menyadari keadaanny, mereka akan
menyesal dan bertanya-tanya, bagai mana bisa mereka tenggelam oleh pusaran air
bah sementara mereka memiliki segala harta benda kekayaan?
penggunaan kata i'bad dalam ayat
ini (hamba-hamba itu)menunjukan betapa mengejutkannya hamba-hamba Allah itu, di
mana mereka dibri limpahan karunia Allah, tetapi mereka justru mendustakannya.
Ø
Q.S YUSUF : 87
A.
TAFSIR IBNU KATSIR TENTANG IHSAN Q.S YUSUF :87
يَٰبَنِيَّ
ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيَۡٔسُواْ مِن
رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيَۡٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ
ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٧
87. Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah
berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir"
Allah ta'ala memberitakan tentang
Ya'qub bahwa iya menyuruh ank-anaknya agar pergi kemana saja di muka bumi ini
untuk mencari berita tentang Yusuf dan saudaranya, Benyamin. Kata tahassus dipakai dalam mencari berita kebaikan,
sedangkan tajassus dipaki untuk mencari berita keburukan. Dia membangkitkan
semangat, memberi kabar gembira dan menyuruh mereka agar tidak berputus asa
dari rahmat Allah dan agar terus menerus berharap dan memohon kepada Allah
supaya mencapai maksud dan tujuan mereka, karena hanya orang-orang kafir lah
yang berputus asa dan harapan dari rahmat Allah SWT.
Firman
Allah "Setelah mereka masuk ketempat Yusuf", kalimat lengkapnya :
maka merekan pun pergi dan masuk ke negeri Mesir, lalu masuk menemui Yusuf,
Mereka berkata :"Hai al-"Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa
kesengsaraan" yaitu kekringan, paceklik,dan kekurangan makanan,"Dan kami datang
membawa barang-barang yang tidak berharga," dan kami membawa pengganti
harga makanan yang kan kami peroleh, tetapi hanya bernilai sedikit, sebagaimana
dikatakan Mujahid Al-Hasan,dan para mufassir lain. Sedangkan Ibnu Abbas
menafsirkan nya dengan barang-barang burukyang tidak layak, seperti karung
bekas dan tali. Dalam satu riwayat dari Ibnu Abbas disebutkan pula uang perak
(dirham) yang jelek dan tidak laku, kecuali dengan mengurangi harganya,
demikian pula dikatakan oleh Qatadah dan as-Suddi.
B. TAFSIR
AL MISBAH TENTANG IHSAN Q.S YUSUF :87
يَٰبَنِيَّ
ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيَۡٔسُواْ مِن
رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيَۡٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ
ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٧
87. Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah
berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir"
Mereka berkata, "Demi Allah,
senantiasa engkau mengingati Yusuf sehingga engkau mengidap penyakit yang berat
atau termasuk orang-orang yang binasa."Dia menjawab,"Sesungguhnya
hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan ku dan kesedihanku, dan dan aku
mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak ketahui. Hai anak-anakku pergilah,
maka caritahu lah tentang yusuf dan saudaranya, dan jangan berputus asa dari
rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.”
Mendengar keluhan Ya'kub as di
atas, keluarganya, anak -anaknya dan cucu-cucunya merasa heran dan dongkol
dengan sikap ucapannya yang masih terus mengingat Yusuf. Padahal, waktu telah
berlalu sekian lama. Mereka berkata, Demi Allah senantiasa engkau mengingat
yusuf sehingga engkau mengidap penyakit yang berat, yakni badanmu kurus kering
dan pikiranmu kacau, atau sampai engkau termasuk orang-orang yang binasa meninggal
dunia."Dia menjawab,"Seseungguhnya hanyalah kepada Allah saja yang
tidak pernah jemu memanjatkan doa dan keluhan karena kau yakin bahwa yang
Mahakuasa itu saja yang mampu mengatasi semua kesulitan hambaNya. Aku bukan
mengeluh kepada kalian, buakn juga kepada siapapun. Jika aku menyampaikna
keluhan kepada kalian, pasti sudah lama aku berhent. Ketahuilah bahwa hanya
kepada Allah sajalah aku mengadukan kesusahanku yang berat dan kesedihanku
walau kecil, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. Aku
adalah nabi yang memperoleh informasi yang tidak kamu peroleh. Akupun mengenal
Allah lebih dari kamu semua. Jika kalian merasa Yusuf mustahil kembali, aku
tidak demikian. Ku merasa dia masih hidup dan kita akan bertemu dengannya.
karena itu, hai anak-anakku pergilah maka cari tahulah dengan
bersungguh-sungguhdan dengan seluruh indra kamu berita tentang Yusufdan
saudaranya Benyamin, siapa tahu kamu bertemu dengan keduanaya dan jangan
berputus asa atas rahmat Allahmelainkan kaum yang kafir yang sangat mantap
kekufurannya.
Adapun orang yang beriman, dia
selalu bersikap optimis dan tidak putus berusaha selama masih ada peluang yang
tersedi. Allah SWT berkuasa menciptakan sebab-sebab yang memudahkan pencapaian
harapan.
Huruf (ta) pada firmanNya : (tallahi)
adalah salah satu dari tiga huruf yang digunakan bersumpah. Ia selalu
bergandengan dengan nama Allah serta mengandung makna kebenaran. Demikian para
apakar bahasa. Kata (haradhan) digunakan untuk menunjuk seseorang yang
sangat kritis keadaannya. Dia belum mati, tetapi tidak juga dapat dinilai
hidup.
Kata (batstsil) kesusahanku
terambil dari kata (batstsa) yang berarti menyebarluaskan. Yang dimaksud
disini adalah kesusahan yang sangat besar lagi tidak luput dari pikiran
sehingga menjadikan seseorang yang mengalaminya senantiasa menyebut dan
menyampaikan kepada siapa saja akibat tidak dapat memikulnya sendiri. sedang
kata (huzni) kesediahnku adalah penyesalan dan keresahan hati atas
peristiwa lalu yang tidak berkenan dihati. Ini dapat dipendam dalam hati dan
tidak disampaikan kepada orang lain.
Kata (tahassasu) terambil
dari kata (tahassasa) yang asaalnya dari kata hiss yang bermakna
indra. Yang dimaksud ini adalah upaya sungguh-sungguh untuk mencari sesuatu,
baik berita maupun barang, baik terang-terangn maupun sembunya-sembunyi, untuk
kebaikan maupun keburukan. Ia berbeda dengan kata (tajassus) yang
digunakan untuk memata-matai sesuatu, mencari beritanya yang buruk secara
sembunyi-sembunyi.
Kata rauh ada yang
memahaminya brmakna nafas. Ini karena kesusahan dan kesediahan menyempitkan
dada dan menyesakkan nafas. Sehingga bila seseorang yang bisa bernafas dengan
baikdada menjadi lapang. Dari sini, lapangnya dada di serupakan dengan
hilangnya kesediahan dan tertanggulanginyaproblem. Ada juga yang memahami rauh seakar dengan
istikharah, yakni hati beristirahat dengan tenang. Dengan demikian, ayat ini
seakan-akan menyatakn jangan putus asadari datangnya ketenangan yanng bersumber
dari Allah SWT.
Nabi Ya’kub as. Pada ayat di atas hanya memerintahkan mencari berita Yusuf
as. Dan seorang saudaranya bernamaNenyamin. Beliau tidak menyuruh mencari
anaknya tertua.ini agaknya karena
diketahui keberadaannya di Mesir dan itu atas kehendaknya sendiri. berbeda
dengan Yusuf yang dianggap hilang atau Benyamin yang mereka duga ada di tangan orang
lain dan diperbudak.
Ayat di atas menyatakan bahwa :
“ Sesungguhnya tidak berputus asa dari
rahmat Allahmelainkan kaum yang kafir,” yakni yang mantaf kekufurannya. Ini
berarti bahwa keputusasaan identik dengan kekufuran yang besar. Seseorang yang
kekufurannya belum mencapai peringkat itu, dia biasanya tidak kehilangan harapan.
Sebaliknya, semakin mantap keimanan seseorang, semakin besar juga harapannya.
Bahwa keputusasaan hanya layak dari manusia durhaka karena mereka menduga bahwa
kenikmatan yang hilang tidak akan kembali lagi. Padahal, sesungguhnya kenikmatan
yang diperoleh sebelumnya adalah berkat anugerah Allah jua. Sedang Allah SWT.
Maha hidup dan terus menerus wujud. Allah SWT dapat menghadirkan kembali apa
yang tekah lenyap, bahkan menambahnya sehingga tidak tempat bagi keputusan bagi
yang beriman.
C.
TAFSIR NURUL
QURAN TENTANG IHSAN Q.S YUSUF :87
يَٰبَنِيَّ
ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيَۡٔسُواْ مِن
رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيَۡٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ
ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٧
“Hai anak-anaku!
Pergilah dan carilah berita tantang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah kecauali kaum yang kafir.”
Istilah bahasa arab tahassus
berarti mencari sesuatu yang baik dengan menggunakan panca indra, sedangkan
istilah arab tajssus berarti mencari hal-hal yang buruk.
Menurut imam Raghib, istilah rauh
dan ruh kedua-duanya berarti semangat, tetapi kata rauh digunakan jika ada rasa
lega dan senang dalam pertanyaan. Tampaknya, dengan dihilangkannya
kesulitan-kesulitan, semangat yang baru akan muncul dalam diri manusia. Dalam
tafsir at-Tibyan dikatakan bahwa ruh (semangat) berasal dari katarih (angin).
Sebagaimana manusia merasa nyaman saat angin berhembus, demikian pula dia
merasa bahagia saat menerima rahmat Tuhan.
Akan tetapi, bencana kelaparan
terus melanda Mesir dan daerah-daerah
sekitarnya, termasuk Kan’an. Sekali lagi Ya’kub menyuruh anak-anaknya pergi ke
Mesirdan membeli bahan makanan yanng diperlukan. Tapi kali ini pencarian Yusuf
dan saudaranya Benyamin ditempatkan pada puncak daftar prioritas. Ya’qub
mengatakan,”Hai anak-anakku! Pergilah dan carilah berita tentang Yusuf dan
saudarannya..”
Saudara-saudara Yusuf merasa yakin
bahwa Yusuf sudah mati, jadi saran ayah
mereka yang tua itu membuat mereka itu sangat tercengang. Dia mengingatkan
mereka bahwa mereka hendaknya tidak berputus asa terhadap rahmat Tuhan, sebab hal itu merupakan tanda
kekufuran. Rahmat Allah bisa menghilangkan semua kesulitan. Ya’kub mengatakan
selanjutnya,”dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah kecuali kaum yang kafir.”
Ø
PERGESERAN TAFSIR
1.
Pada tafsir Ibnu Katsir (klasik) dalam penafsirannya
lebih menonjolkan dari segi mufrodat bahasa arab.
2.
Pada tafsir al-misbah (modern) konteks pembahasannya
masuk kedalam substansi pembahasan tafsir tersebut,seperti misal mengenai
orang-orang yang memperolok-olokan nabi para utusan Allah dan nilai ihsan
disini adalah kesabaran nabi menghadapi cobaan terhadap olok-olokan masyarakat.
3.
Dan pada tafsir Nurul Quran (kontemporer) dalam
pembahasannya lebih dibawa ke konteks zaman sekarang,dan banyaknya
analogi-analogi studi kasus zaman sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar