Senin, 18 April 2016

TAFSIR KLASIK-MODERN TENTANG IHSAN

Ø Q.S YASIN : 30
A. TAFSIR IBNU KATSIR TENTANG IHSAN Q.S YASIN :30
يَٰحَسۡرَةً عَلَى ٱلۡعِبَادِۚ مَا يَأۡتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ ٣٠
"Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpunkepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokan"
Ali bin Abi Thalib berkata, dari Ibnu Abbas ra. tentang firman Allah "Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, yaitu alangkah celakanya hamba-hamba itu." Qatadah berkata : "Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu," yaitu alangkah celaka hamba-hamba itu terhadap diri mereka sendiri atas apa yang mereka sia-siakan dari perintah Allah dan kelalaian mereka di sisi Allah."
Pada sebagian qiraat makna hal ini berarti alangkah rugi dan menyesalnya mereka pada hari kiamat saat mereka menyaksikan adzab, bagaimana dahulu mereka mendustakan Rasul-rasul Allah serta menyelisihi perintahNya. Karena di dunia dahulu mereka mendustakan semua yang telah di perintahkan.
Tidak ada seorang Rasul pun kepada mereka melainkan mereka selau memperolok-oloknya. yaitu mereka mendustakan, mengolok-ngolok dan mengingkari kebenaran risalah yang disampaikannya, kemudian Allah SWT berfirman: "Tidakah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah kami binasakan, bahwa sanya(orang-orang yang telah kami binasakan )itu tidak kembali kepada mereka," yaitu tidakkah mereka mendapatkan nasehat atas apa yang telah mereka kerjakan melainkan di dalam nya da hikmah yang dapat di ambil atas segala kejadian. Sebagaimana mereka didunia ini tidak mempunyai jalan keluar. Perkaranya tidak sebagaimana yang dikira oleh mayoritas orang-orang bodoh dan orang-orang fajir di kalangan mereka yang berkata." Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini,kita mati dan kita hidup." (Q.s Al Mu'minun:37). Mereka adalah orang-orang yang mengatakan tentang perputaran masa dari kelompok atheis. Mereka adalah orang-orang yang berkeyakinan karena kebodohannya bahwa mereka akan di kembalikan ke dunia, sebagaimana keberadaan mereka dahulu.
Maka Allah menolak pandangan bathil mereka dengan firmanNya:
"Tidakkah mereka mengatahui betapa banyak ummat-ummat sebelum mereka yang telah kami binasakan, bahwa sanya (oarang-orang yang telah kami binasakan)itu tidak kembali kepada mereka," Dan firman Allah "Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan kembali kepada Kami, yaitu sesungguhnya seluruh ummat-ummat terdahulu akan dihadirkan pada hari kiamat untuk diperhitungkan dihadapan Allah lalu, Dia membalas seluruh amal mereka, yang baik maupun yang buruk. Makanya ayat ini seperti firman Allah "Dan sesungguhnya kepada masing-masing mereka yang berselisih itu pasti Rabb mu akan akan menyempurnakan dengan cukup(balasan)pekerjaan mereka (QS. Huud:111)
B. TAFSIR AL MISBAH TENTANG IHSAN Q.S YASIN :30
يَٰحَسۡرَةً عَلَى ٱلۡعِبَادِۚ مَا يَأۡتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ ٣٠
"Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpunkepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokan"
setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan kesudahan para pembangkang, sangat wajar jika siapapun merasa iba dan menyesal mendengar keadaan mereka yang sebenarnya jika mereka mau mengikuti nasihat dan beriman tentulah mereka dapat terhindar. Ayat di atas menyatakan: Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hambaitu dan siapapun yang seperti mereka. Keburukan utama mereka adalah tidak datang kepada mereka seorang rasul pun atau memberi peringatan dan nasihat melainkan mereka selalu tehadapnya, yakni terhadap pemberi peringatan itu, enngan percayabahkan berolok-olok. Tidakkah mereka melihat dengan mata hati dan pikiran sehingga dapat mengambil pelajaran berapa banyak, yakni banyak sekali, yang telah kami binasakan dari generasi-generasi sebelum mereka sejak masa adam hingga masa kini karena kedurhakaan mereka. Tidakkah mereka melihat bahwa mereka, yakni orang-orang yang telah kami binasakan itu, tidak dapat hidup lagi di dunia dan kembali kepada mereka hamba-hamba yang durhaka itu untuk bersama-sama berfoya-foya dan durhaka.
Kata  (hasratan) berarti penyesalan yang besar akibat luputnya sesuatu yang bermanfaat. Kta (ya) yang berarti kata ini digunakan untuk mengundang mitra bicara memerhatikan apa yang kan disampaikan, dalam hal ini adalah penyesalan atas penolakan mereka terhadap ajakan rasul. penyesalan itu lebih besar lagi karena mereka sebagai i'bad (hamba-hamba Allah)seharusnya menyambut panggilan Illahi, tetapi mereka menampiknya.
kalimat di atas di fahami banyak ulama dalam arti komentar Allah Swt. atas peristiwa yang menimpa para pendurhaka itu. memang Allah tidak pernah menyesal, tetapi yang Mahakuasa itu berfirman demikian untuk menggambarkan bahwa siapapun ysng dilengkapi dengan naluri penyesalan pasti akan menyesal mengalami atau mengetahui tentang peristiwa itu. Betapa tidak, kenikmatan abadi yang dihidangkan kepada mereka denagan sangat indah dan mudah diraih justru mereka tanpik dan tolak. Bukankah irtu suatu penyesalan yang tiada taranya?
Ayat diatas menggunakan kata (i'bad) digunakan Al-Quran untuk menunjuk hamba-hambaNya yang taat dan dekat kepadaNya atau yang berdosa tetapi telah menyadari dosanya. Disini, yang dibicarakan adalah hamba-hamba Allah yang telah dibinasakan karena kedurhakaan mereka sehiingga tentu saja ketika itu mereka telah menyadari dosanya. Atas dasar itu pula kita tidak perlu memahami kata ini sebagaimana pemahaman sementara orang bahwa yang dimaksud adalah ketiga rasul itu atau para malaikat. Menurut mereka, para malaikat atau rasul-rasul sangat besar penyesalannya akibat kedurhakaan manusia yang selalu memperolok-olokan utusan-utusan Allah.
Kata (yarji'un) dipahami oleh al-Biqa'i dalam arti bertaubat atas kedurhakaan mereka dan kembali ke jalan yang benar dengan mengikuti para rasul. Kata ini menurutnya, serupa dengan kata yang sama dalam firman Allah Q.S As-sajadah :21
"Dan sesungguhnya kami mersakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat) mudah-mudahan mereka kembali ke jalan yang benar."Dengan pemahaman ini , kata ilaihim kepada mereka berarti kepada rasul-rasul itu. Pemahaman ini juga menurutnya, membuktikan bahwa ayat ini bukan lah membantah kepercayaan inkarnasi karena kepercayaan sesat semacam itu tidak dikenal oleh masyarakat Arab dan konteks ayat pun tidak menyinggung sedikitpun tentang hal tersebut.


C. TAFSIR NURUL QURAN TENTANG IHSAN Q.S YASIN :30
 يَٰحَسۡرَةً عَلَى ٱلۡعِبَادِۚ مَا يَأۡتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ ٣٠
"Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpunkepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokan"
Mengolok-olok nabi Allah telah menjadi adat kebiasaan kaum musyrik di sepanjang sejarah umat manusia.
ayat ini secara nyata dan tepat sasaran membahas dalam satu pembahasan tentang perlawanan kaum musyrikin terhadap seruan para nabi Allah. Ayat ini berbunyi :
" Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpunkepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokan"
Celakalah bagi mereka yang menutup pintu-pintu rahmat Allah bagi diri mereka sendiri!penyesalan bagi mereka yang merusak pelita petunjuk!
Kesengsaraan dan kehilangan kebahagiaan lah bagi mereka yang bukan sekedar tidak mendengarkan seruan para pemimpin utusan Allah, tetapi juga berusaha mengolok-olok para utusan tersebut dan membunuhnya dengan pedang-pedang tajam. Padahal mereka telah mengetahui nasib buruk orang-orang kafir congkak sebelum mereka mendengar dengan telinga mereka sendiri atau bahkan mempelajarinya dalam sejarah tentang akhir riwayat orang-orang kafir tersebut. Namun kaum musyrik itu tidak sedikitpun mau mengambil hikmah.  Mereka justru menapak jalan yang sama dengan orang-orang kafir tersebutsehingga akhirnya mengalami nasib yang sama.
Jelaskan bahwa kalimat dalam ayat ini adalah firman Allah, karena seluruh ayat-ayat tersebut telah ditegaskan berasal dari Allah. Akan tetapi, kata "Alangkah besarnya penyesalan ", sebagai ungkapan kejengkelan berkaitan dengan bencana yang menimpa kaum musyrik sehingga mereka tidak bisa berbuat apapun, tidak berarti bahwa kata tersebut disifatkan kepada Allah seperti murka, amarah dan semacamnya, dan kata tersebut pada kandungan makna yang sesungguhnya tidak berkaitan dengan Allah. Kata tersebut dimaksudkan untuk menunjukan keadaan kaum musyrik yang tertimpa bencana tersebut sehingga tatkal mereka menyadari keadaanny, mereka akan menyesal dan bertanya-tanya, bagai mana bisa mereka tenggelam oleh pusaran air bah sementara mereka memiliki segala harta benda kekayaan?
penggunaan kata i'bad dalam ayat ini (hamba-hamba itu)menunjukan betapa mengejutkannya hamba-hamba Allah itu, di mana mereka dibri limpahan karunia Allah, tetapi mereka justru mendustakannya.
Ø Q.S YUSUF : 87
A.    TAFSIR IBNU KATSIR TENTANG IHSAN Q.S YUSUF :87
يَٰبَنِيَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيۡ‍َٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيۡ‍َٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٧
87. Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"
Allah ta'ala memberitakan tentang Ya'qub bahwa iya menyuruh ank-anaknya agar pergi kemana saja di muka bumi ini untuk mencari berita tentang Yusuf dan saudaranya, Benyamin. Kata tahassus dipakai dalam mencari berita kebaikan, sedangkan tajassus dipaki untuk mencari berita keburukan. Dia membangkitkan semangat, memberi kabar gembira dan menyuruh mereka agar tidak berputus asa dari rahmat Allah dan agar terus menerus berharap dan memohon kepada Allah supaya mencapai maksud dan tujuan mereka, karena hanya orang-orang kafir lah yang berputus asa dan harapan dari rahmat Allah SWT.
Firman Allah "Setelah mereka masuk ketempat Yusuf", kalimat lengkapnya : maka merekan pun pergi dan masuk ke negeri Mesir, lalu masuk menemui Yusuf, Mereka berkata :"Hai al-"Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan" yaitu kekringan, paceklik,dan  kekurangan makanan,"Dan kami datang membawa barang-barang yang tidak berharga," dan kami membawa pengganti harga makanan yang kan kami peroleh, tetapi hanya bernilai sedikit, sebagaimana dikatakan Mujahid Al-Hasan,dan para mufassir lain. Sedangkan Ibnu Abbas menafsirkan nya dengan barang-barang burukyang tidak layak, seperti karung bekas dan tali. Dalam satu riwayat dari Ibnu Abbas disebutkan pula uang perak (dirham) yang jelek dan tidak laku, kecuali dengan mengurangi harganya, demikian pula dikatakan oleh Qatadah dan as-Suddi.

B.     TAFSIR AL MISBAH TENTANG IHSAN Q.S YUSUF :87
يَٰبَنِيَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيۡ‍َٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيۡ‍َٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٧
87. Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"
Mereka berkata, "Demi Allah, senantiasa engkau mengingati Yusuf sehingga engkau mengidap penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa."Dia menjawab,"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan ku dan kesedihanku, dan dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak ketahui. Hai anak-anakku pergilah, maka caritahu lah tentang yusuf dan saudaranya, dan jangan berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.”
Mendengar keluhan Ya'kub as di atas, keluarganya, anak -anaknya dan cucu-cucunya merasa heran dan dongkol dengan sikap ucapannya yang masih terus mengingat Yusuf. Padahal, waktu telah berlalu sekian lama. Mereka berkata, Demi Allah senantiasa engkau mengingat yusuf sehingga engkau mengidap penyakit yang berat, yakni badanmu kurus kering dan pikiranmu kacau, atau sampai engkau termasuk orang-orang yang binasa meninggal dunia."Dia menjawab,"Seseungguhnya hanyalah kepada Allah saja yang tidak pernah jemu memanjatkan doa dan keluhan karena kau yakin bahwa yang Mahakuasa itu saja yang mampu mengatasi semua kesulitan hambaNya. Aku bukan mengeluh kepada kalian, buakn juga kepada siapapun. Jika aku menyampaikna keluhan kepada kalian, pasti sudah lama aku berhent. Ketahuilah bahwa hanya kepada Allah sajalah aku mengadukan kesusahanku yang berat dan kesedihanku walau kecil, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. Aku adalah nabi yang memperoleh informasi yang tidak kamu peroleh. Akupun mengenal Allah lebih dari kamu semua. Jika kalian merasa Yusuf mustahil kembali, aku tidak demikian. Ku merasa dia masih hidup dan kita akan bertemu dengannya. karena itu, hai anak-anakku pergilah maka cari tahulah dengan bersungguh-sungguhdan dengan seluruh indra kamu berita tentang Yusufdan saudaranya Benyamin, siapa tahu kamu bertemu dengan keduanaya dan jangan berputus asa atas rahmat Allahmelainkan kaum yang kafir yang sangat mantap kekufurannya.
Adapun orang yang beriman, dia selalu bersikap optimis dan tidak putus berusaha selama masih ada peluang yang tersedi. Allah SWT berkuasa menciptakan sebab-sebab yang memudahkan pencapaian harapan.
Huruf (ta) pada firmanNya : (tallahi) adalah salah satu dari tiga huruf yang digunakan bersumpah. Ia selalu bergandengan dengan nama Allah serta mengandung makna kebenaran. Demikian para apakar bahasa. Kata (haradhan) digunakan untuk menunjuk seseorang yang sangat kritis keadaannya. Dia belum mati, tetapi tidak juga dapat dinilai hidup.
Kata (batstsil) kesusahanku terambil dari kata (batstsa) yang berarti menyebarluaskan. Yang dimaksud disini adalah kesusahan yang sangat besar lagi tidak luput dari pikiran sehingga menjadikan seseorang yang mengalaminya senantiasa menyebut dan menyampaikan kepada siapa saja akibat tidak dapat memikulnya sendiri. sedang kata (huzni) kesediahnku adalah penyesalan dan keresahan hati atas peristiwa lalu yang tidak berkenan dihati. Ini dapat dipendam dalam hati dan tidak disampaikan kepada orang lain.
Kata (tahassasu) terambil dari kata (tahassasa) yang asaalnya dari kata hiss yang bermakna indra. Yang dimaksud ini adalah upaya sungguh-sungguh untuk mencari sesuatu, baik berita maupun barang, baik terang-terangn maupun sembunya-sembunyi, untuk kebaikan maupun keburukan. Ia berbeda dengan kata (tajassus) yang digunakan untuk memata-matai sesuatu, mencari beritanya yang buruk secara sembunyi-sembunyi.
Kata rauh ada yang memahaminya brmakna nafas. Ini karena kesusahan dan kesediahan menyempitkan dada dan menyesakkan nafas. Sehingga bila seseorang yang bisa bernafas dengan baikdada menjadi lapang. Dari sini, lapangnya dada di serupakan dengan hilangnya kesediahan dan tertanggulanginyaproblem.  Ada juga yang memahami rauh seakar dengan istikharah, yakni hati beristirahat dengan tenang. Dengan demikian, ayat ini seakan-akan menyatakn jangan putus asadari datangnya ketenangan yanng bersumber dari Allah SWT.
Nabi Ya’kub as. Pada ayat di  atas hanya memerintahkan mencari berita Yusuf as. Dan seorang saudaranya bernamaNenyamin. Beliau tidak menyuruh mencari anaknya tertua.ini  agaknya karena diketahui keberadaannya di Mesir dan itu atas kehendaknya sendiri. berbeda dengan Yusuf yang dianggap hilang atau Benyamin yang mereka duga ada di tangan orang lain dan diperbudak.
Ayat di atas menyatakan bahwa :
“ Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allahmelainkan kaum yang kafir,” yakni yang mantaf kekufurannya. Ini berarti bahwa keputusasaan identik dengan kekufuran yang besar. Seseorang yang kekufurannya belum mencapai peringkat itu, dia biasanya tidak kehilangan harapan. Sebaliknya, semakin mantap keimanan seseorang, semakin besar juga harapannya. Bahwa keputusasaan hanya layak dari manusia durhaka karena mereka menduga bahwa kenikmatan yang hilang tidak akan kembali lagi. Padahal, sesungguhnya kenikmatan yang diperoleh sebelumnya adalah berkat anugerah Allah jua. Sedang Allah SWT. Maha hidup dan terus menerus wujud. Allah SWT dapat menghadirkan kembali apa yang tekah lenyap, bahkan menambahnya sehingga tidak tempat bagi keputusan bagi yang beriman.   

C.     TAFSIR NURUL QURAN TENTANG IHSAN Q.S YUSUF :87
يَٰبَنِيَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيۡ‍َٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيۡ‍َٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٧
“Hai anak-anaku! Pergilah dan carilah berita tantang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah kecauali kaum yang kafir.”
Istilah bahasa arab tahassus berarti mencari sesuatu yang baik dengan menggunakan panca indra, sedangkan istilah arab tajssus berarti mencari hal-hal yang buruk.
Menurut imam Raghib, istilah rauh dan ruh kedua-duanya berarti semangat, tetapi kata rauh digunakan jika ada rasa lega dan senang dalam pertanyaan. Tampaknya, dengan dihilangkannya kesulitan-kesulitan, semangat yang baru akan muncul dalam diri manusia. Dalam tafsir at-Tibyan dikatakan bahwa ruh (semangat) berasal dari katarih (angin). Sebagaimana manusia merasa nyaman saat angin berhembus, demikian pula dia merasa bahagia saat menerima rahmat Tuhan.
Akan tetapi, bencana kelaparan terus melanda Mesir  dan daerah-daerah sekitarnya, termasuk Kan’an. Sekali lagi Ya’kub menyuruh anak-anaknya pergi ke Mesirdan membeli bahan makanan yanng diperlukan. Tapi kali ini pencarian Yusuf dan saudaranya Benyamin ditempatkan pada puncak daftar prioritas. Ya’qub mengatakan,”Hai anak-anakku! Pergilah dan carilah berita tentang Yusuf dan saudarannya..”
Saudara-saudara Yusuf merasa yakin bahwa Yusuf sudah  mati, jadi saran ayah mereka yang tua itu membuat mereka itu sangat tercengang. Dia mengingatkan mereka bahwa mereka hendaknya tidak berputus asa terhadap rahmat  Tuhan, sebab hal itu merupakan tanda kekufuran. Rahmat Allah bisa menghilangkan semua kesulitan. Ya’kub mengatakan selanjutnya,”dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat  Allah kecuali kaum yang kafir.”  

Ø  PERGESERAN TAFSIR
1.      Pada tafsir Ibnu Katsir (klasik) dalam penafsirannya lebih menonjolkan dari segi mufrodat bahasa arab.
2.      Pada tafsir al-misbah (modern) konteks pembahasannya masuk kedalam substansi pembahasan tafsir tersebut,seperti misal mengenai orang-orang yang memperolok-olokan nabi para utusan Allah dan nilai ihsan disini adalah kesabaran nabi menghadapi cobaan terhadap olok-olokan masyarakat.
3.      Dan pada tafsir Nurul Quran (kontemporer) dalam pembahasannya lebih dibawa ke konteks zaman sekarang,dan banyaknya analogi-analogi studi kasus zaman sekarang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar