Selasa, 19 April 2016

makalah metodologi tafsir al-quran

Analisis Metodologi Tafsir Rahmat Karya H. Oemar Bakry
Makalah ini  diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah sejarah tafsir di indonesia

Disusun oleh:
M. Azis Anshori
Miss. Paesa
Habi. Asyauqi

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

                    Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk. Pada perkembangannya banyak di kalangan orang-orang yang mempelajari dan mengkaji Al-Qur’an, dari masa Rasulullah sampai saat ini Al-Qur’an secara teks masih tetap murni tidak ada perubahan, namun secara konteks ada perubahan yang perlu di kaji.

                    Di samping itu juga untuk memahami secara mendalam mengenai Al-Qur’an ada yang di sebut dengan penafsiran pada masa Rasulullah SAW sampai saat ini banyak yang menafsir kan Al-Qur’an yang bertujuan untuk memberikan pemahaman secara mendalam isi dari Al-Qur’an, begitu banyak sekali tafsir-tafsir mulai dari periode Klasik, Pra-modern, Modern dan Kontemporer.

                    Hal ini juga berlaku dengan kajian tafsir yang ada di Indonesia. Sesuai dengan kondisi sosio-historisnya, Indonesia juga mempunyai perkembangan tersendiri dalam kaitannya dengan proses untuk memahami dan menafsirkan al Qur’an yang berbeda dengan negara-negara berpenduduk muslim lainnya.

        Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini tentu juga mempunyai korelasi signifikan dengan kebutuhan akan pemahaman yang benar tentang al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam kehidupan seorang muslim. ini mencoba untuk membahas perkembangan kajian tafsir yang ada di Indonesia.


B.     Rumusan Masalah

1.      Biografi dan Riwayat pendidikan H. Oeamar Bakry?
2.      Apa sejarah penulisan Tafsir Rahmat?
3.      Apa sumber Tafsir Rahmat?
4.      Apa metode tafsir yang dipakai?
5.      Apa corak pada tafsir tersebut?
6.      Apa Gagasan Revolusionernya?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui biografi dan riwayat pendidikan penulis Tafsir Rahmat.
2.      Mengetahui sejarah penulisan Tafsir Rahmat.
3.      Mengetahui sumber yang digunakan.
4.      Mengetahui metode Tafsir.
5.      Mengethui corak pada Tafsir Rahmat.
6.      Mengetahui gagasan Revolusioner.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Penulis Tafsir Rahmat
Nama         : H. Oemar Bakry
Lahir          : 26 Juni 1916 di desa Kacang, Danau Singkarak, Sumatera Barat
Wafat        : Pada tahun 1985

Pendidikan : Sekolah Dasar Kacang; Sekolah Sambungan Singkarang; SekolahThawalib (tamat 1932), Sekolah Diniyah Putra Padang Panjang;  Kulliyatul Mu’alimin Islami Padang (tamat dengan angka terbaik); 1954 Fakultas Sastra Universitas Indonesia, tidak sampai tamat.

Pengajar       : Sekolah Thawalib Padang, (1933-1936), Direktur Sekolah Guru Muhammadiyah Padang Sidempuan, (1937), Sekolah Thawalib Padang Panjang, (1938-sampai masuk tentara Jepang), Direktur Public Typewriting School, sekarang namanya Taman Kemajuan


Dakwah     :
– Sumatera Barat, Jakarta, Bandung
– Universitas al-Azhar, Kairo (22 Desember 1983)
– IAIN Sunan Ampel Surabaya (11 Februari 1984)
– IAIN Imam Bonjol Padang (26 Maret 1984)
– Universitas Bung Hatta Padang (28 Maret 1984)

Organisasi :
 – Anggota Parpol Persatuan Muslimin Indonesia (1930-an)
– Anggota Masumi, pernah menjabat pimpinan Masyumi Sumatera Tengah
– Ketua IKAPI Jakarta Raya beberapa periode
– Ketua Yayasan Al-Falah
– Yayasan Pemelihara Kesucian al-Qur’an al-Karim
– Yayasan Thawalib Jakarta

Pengusaha :
 – Pendiri dan Dirut Penerbit dan Percetakan Offset ‘Mutiara’ (1971) dan ‘Angkasa’ (1972).
 – Menghadiri Kongres IPA (International Publisher Association) di Kyoto, 1976 dan di Kopenhagen, 1980
– Mengadakan hubungan dengan penerbit-penerbit luar negeri (Asia, Eropa, dan Amerika)
Karya        :
Uraian 50 Hadis; Memantapkan Rukun Iman dan Islam; al-Qur’an Mukjizat yang Terbesar; Apakah Ada Nasakh dan Mansukh Dalam al-Qur’an?; Keharusan Memahami isi al-Qur’an; Pelajaran Sembahyang; Dengan Taqwa Mencapai Bahagia; Kebangkitan Umat Islam di Abad Ke-XV H; Polemik H. Oemar Bakry dengan H.B.Yassin tentang al-Qur’an Bacaan Mulia, Kamus Indonesia Arab Inggris, Kamus Arab Indonesia Inggris, Kamus Arab Indonesia, Kamus Indonesia Arab, Tafsir Madrasi (B. Arab), Makarimul Akhlak (B. Arab), al-Ahadissahihah (B. Arab), Bung Hatta Selamat Jalan. Cita-citamu Kami Teruskan, Bunga Rampai Sumpah Pemuda, Akhlak Muslim, Islam Menentang Sekularisme, Menyingkap Tabir Arti “Ulama”.[1]

B.     Sejarah penulisan

Tafsir ini dinamakan “Tafsir Rahmat” sesuai dengan tujuan diturunkan Al-Qur’an agar menjadi rahmat bagi alam semesta.

Tafsir ini disusun demikian ringkasnya seperti Tafsir Al Mufassar oleh Muhammad Farid Wadji yang hanya satu jilid saja, untuk memudahkan para peminat mengambil petunjuk dan hidayah dari Al-Qur’an. Manusia yang dewasa ini sudah disibukan oleh berbagai urusan, kebanyakan tidak mempunyai cukup waktu senggang untuk membuka dan membaca tafsir-tafsir yang panjang. Uraiannya “padat” dan “tepat”, tidak dicampuri dengan masalah-masalah khilafah dan tidak pula dengan cerita-cerita dongeng Israiliyyat. Dengan demikian mudahlah diambil pengertiannya dan dapat dijadikan pedoman hidup.[2]
 Bakry sendiri lebih menekankan teks Arab, pertama, dengan tulisan yang lebih besar, dua kali lebih besar dari teks-teks Arab yang terdapat dalam tafsir-tafsir yang disebutkan pada bagian-bagian sebelumnya pada bab ini. Ukuran tersebut sama besarnya dengan teks-teks Arab al-Qur’an yang ada di Indonesia yang tidak disertai terjemahan. Selain itu, teks yang terdapat dalam tafsir Rahmat tidak terputus-putus, dalam format teks Arab, yang nomor-nomor ayatnya dapat ditemukan di permulaan, tengah, atau akhir suatu baris. Keadaannya berbeda dari tafsir-tafsir yang diresensi sampai sejauh ini, yang memakai gaya penyajian ayat-ayat secara per kelompok yang dibatasi oleh baris yang memisahkannya.

 Tujuan Bakry adalah untuk menyesuaikan karyanya dengan pola penerjemahan al-Qur’an yang umum di dunia Arab: secara jelas dapat disimpulkan bahwa menurutnya model ini lebih resmi, dan dengan cara penyajian seperti ini akan memudahkan para pembaca. Bakry juga menggunakan tanda-tanda baca yang standar yang ditemukan pada sebagian besar al-Qur’an yang ditulis dalam bahasa aslinya—satu hal yang juga dilakukan oleh Ash-Shiddiqie dalam tafsir al-Bayan.[3] Dalam Tafsir Rahmat ini, H Oemar Bakry menggunakan terjemahan dengan penggunaan dua segi yakni dilihat dari segi penterjemahan secara harfiah maupun penterjemahan secara makna. Beliau juga menuturkan contoh dari penterjemahan secara harfiah seperti surat al-Ikhlas.
Sedangkan maksud beliau menggunakan penterjemahan secara makna adalah dikarenakan tidaklah semua perkataan dan susunan kalimat diterjemahkan menurut susunan yang ada. Di sana sini diadakan perubahan agar maknanya tepat. Hal ini digunakan beliau untuk menghindari pengertian ayat yang tidak jelas dan susah dipahami jika dipaksakan selalu menggunakan penterjemahan secara harfiah. Sehingga dicarilah kata-kata yang tepat dalam penterjemahan. Menurut beliau tujuan utama dalam menterjemahkan ialah untuk mengambil pengertian dari ayat-ayat itu.


C.    Sumber Tafsir

Sumber primer :
            Menurut kelompok kami mengenai Tafsir Rahmat dalam sumber penafsirannya adalah menggunakan Tafsir bil Ra’yi. Seperti contoh dalam Q.S Al Maidah :1-2

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الأنْعَامِ إِلا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلا الْهَدْيَ وَلا الْقَلائِدَ وَلا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنْ رَبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَنْ تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ


Artinya :
1.      Hai orang-orang yang beriman, tepatilah segala macam janjimu! Dihalalkan bagimu memeankan binatang ternak (seperti unta, sapi, kerbau, biri-biri), kecuali yang akan dibacakan (diterangkan kepadamu mana makanan yang dilarang). Dilarang memburu binatang waktu mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menghukum menurut yang dikehendaki-Nya).

2.      Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar (agama) Allah (tempat-tempat dan upacara ibadah haji) dan jangan (pula), melanggar kehormatan bulan haram (Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab), jangan pula mengganggu hadya (binatang-binatang yang disembelih di tanah haram untuk fakir-miskin), dan qalaid (binatang-binatang yang sudah di berikan tanda dengan kalung di lehernya untuk hadiah), dan jangan  pula menggangu orang-orang yang menziarahi Baitul Haram, mereka mnecari karunia dan keridhoan Allah. dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, bolehlah kamu berburu. Janganlah kamu berbuat aniaya (membalas dendam) kepada kaum yang menghalangi kamu dari Masjidil Haram. Bertolong-tolonganlah berbuat baik dan takwa dan janganlah bertolong-tolongan berbuat dosa dan aniaya. Takutlah kepada Allah! Sesungguhnya Allah berat sekali siksaan-Nya.

Dalam dua ayat ini ada dua kesimpulan :
1.      Kepada orang mukmin diwajibkan memenuhi janji-janji yang sudah di buat:
a.       Janji kepada Allah. sebagai seorang mukmin sudah mengakui dan berjanji akan mematuhi perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Mengerjakan shalat, puasa, haji, membayar zakat, berdoa dan sebagainya.
b.      Janji kemasyarakatan yang ada hubungannya dengan sesama manusia. Tidak memakan riba, tidak menipu, tidak berdusta, tidak memfitnah, tidak dengki, tidak membunuh, tidak mencuri, tidak merampok. Juga janji yang baik. Kasih mengasihi, bantu membantu, beramal shaleh. Menyuruh berbuat yang makruf dan melarang melakukan mungkar.
2.      Dalam kedua ayat ini sudah diterangkan berbagai hukum :
a.       Makanan yang dihalalkan, yaitu binatang ternak seperti sapi, unta, kerbau, biri-biri, makanan yang diharamkan akan  menyusul pada ayat-ayat yang lain.
b.      Perbuatan-perbuatan yang dilarang dilarang waktu mengerjakan ibadah haji : berburu, melanggar syi’ar-syi’ar Allah, berbuat kesalahan (dosa).
c.       Hidup rukun damai, bertolong-tolongan berbuat baik, tidak mencari permusuhan dan mengadakan komplotan untuk melakukan kejahatan. Akhirnya ditutup dengan perintah agar bertakwa kepada Allah. Melakukan semua suruhan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.[4]
Dia atas merupakan salah satu contoh dari penafsiran Oemar Bakry dalam Tafsir Rahmat, yang mana bisa dilihat bahwa sumber penafsirannya menggunakan Ra’yi dan juga kalo di analisis pada Q.S Al-Maidah :1-2 ayat dan arti sama dengan Al-Qur’an yang lainnya, seperti Depag namun yang membedakannya hanya dalam penggunakan bahasa, itupun tidak banyak dan yang ditafsirkan oleh Oemar Bakry adalah kesimpulan dari kandungan ayat 1-2 pada Q.S Al-Maidah.
Contoh penafsiran di atas berlaku atau sama halnya dengan surat-surat yang lainya dalam Tafsir Rahmat, semua hampir berisikan kesimpulan-kesimpulan dalam setiap ayat.
Sumber Sekunder :
Tafsir Al Manar, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha.
Tafsir Al Maraghi, Ahmad Musthafa Al Maraghi.
Tafsir, Ibnu Katsir.
Fi Dhilalil Qur’an, Said Qutub.
Tafsir Al Qur’an, Prof. H. Mahmud Yunus.
Tafsir Al Azhar, Prof. Dr. Hamka.
Al Qur’an dan Tarjamahan, Departemen Agama.
Al Furqan Fi Tafsiril Qur’an, Hasan bin Ahmad.
Tafsir Al Qur’an, H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin.
Ittijahuttafsir, Mustafa Muhammad Al Hadidi Thair.
Tafsir Mushaf Al Mufassar, Muhammad Farid Wadji.
Tafsir Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad Ahmad bin Ahmad Anshari Al Qurtubhi.[5]

Pada sumber-sumber diatas bahwa tafsir Rahmat dalam penulisannya menggunakan sumber Qur’an dengan Qur’an.

D.    Metode Penafsiran
Metode umum
Pada Tafsir Rahmat ini Bakry dalam penafsirannya menggunakan metode ijmali. Selain isi tafsir dalam bidang hukum yang terlihat dengan menyesuiakan masyarakat yang patriakhi, penulis lebih menekankan pada sisi kebahasaan dengan tujuan lebih memudahkan para pembaca. Oemar Bakry memperlihatkan  penggunaan kata dan perkembangan bahasa Indonesia, dan mengguanakan istilah dalam bahasa Indonesia yang baru.[6] ijmaliy adalah penafsiran Al-Quran yang dilakukan dengan cara mengemukakan isi kandungan Al-Quran melalui pembahasan yang bersifat umum  (global), tanpa uraian apalagi pembahasan yang panjang dan luas, juga tidak dilakukan secara rinci.[7]

Contoh penafsiran pada Tafsir Rahmat  :

  Q.S Al-Anbiya (21):1-13
بسم الله الرحمن الرحيم
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ (1) مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ (2) لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ (3) قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (4) بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ (5) مَا آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ (6) وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (7) وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ (8) ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ فَأَنْجَيْنَاهُمْ وَمَنْ نَشَاءُ وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ (9) لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (10) وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِينَ (11) فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَرْكُضُونَ (12)[8]

a.       Memperingatkan agar manusia jangan lalai dan dibawa hanyut oleh ke duniaan semata. Ada lagi kehidupan akhirat yang kekal abadi.
b.      Kaum musyrikin tidak mau mengindahkan ayat-ayat Tuhan yang disampaikan Muhammad. Banyak saja alasan mereka untuk menolaknya. Muhammad tukang sihir, isi Al Qur’an itu kumpulan mimpi belaka, begitulah ocehan mereka. Mereka juga minta dibuktikan kebenaran Rasulullah dengan mukjizat, padahal mukjizat-mikjizat sudah pernah mukjizat didatangkan, mereka tidak juga akan beriman.
c.       Para Rasul Allah termasuk Muhammad, adalah manusia biasa. Kelebihan mereka hanyalah karena diangkat menjadi Rasul dan diberi kitab serta mukjizat. Al Qqur’an ynag diturunkan kepada Rasulullah hendaklah dijadikan pegangn hidup, “way of life” untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Kebenarannya mutlak, absolut tidak disangsikan. Al Qur’an tidak dapat dibandingkan dengan ide atau ideologi apapun bikinan manusia. Jauh sekali bedanya seperti siang dan malam.
d.      Umat-umat yang tidak mengindahkan wahyu Allah, akhirnya hancur binasa. Sengsara didunia dan kelak menderita azab untuk selamanya di neraka.
Pada ayat 1-13 hanya terdapat empat poin yang di simpulkan oleh Oemar Bakry. Pada penafsiran diatas jelas bahwa metode ijmali di gunakan oleh Bakry dalam penafsirannya dengan menfsirkan ayat Al-Anbiya ayat 1-13 dengan sangat ringkas.[9]
Metode husus
            Pada Tafsir Rahmat dalam pemaparannya menggunakan teknik kesimpulan atau ringkasan pada ayat tertentu. Seperti contoh diatas pada QS Al Anbiya ayat 1-13 hanya terdapat kesimpulan empat poin. Kasus diatas berlaku di semua ayat pada penafsirannya.
            Namun pada poin kesimpulannya berbeda-beda, tergantung penafsir. Ada yang 2 poin sampe 4 poin.
E.     Corak penafsiran
Tujuan penafsiran

Tafsir Rahmat dalam penafsirannya menggunakan corak Adabi ‘ijtima’i, yaitu suatu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat.
Bakry menekankan pembahasannya kepada kesesuaian al-Qur’an dengan perkembangan teknologi, dia menyediakan satu indeks tema-tema al-Qur’an yang dilengkapi dengan rujukan ke teks-teks yang sesuai. Tema-tema tersebut berhubungan dengan masalah ‘keimanan, penyembahan, perkawinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan, ekonomi, masyarakat dan bangsa, identitas budaya, dan sejarah.

Tsaqofah/ latar belakang

1.      AL-QUR’AN
Al Qur’an menjadi rahmat dan petunjuk bagi manusia

Nama surat
Ayat
Surat Ke
Halaman
Al Isra
82
17
557
Al Isra
9
17
543
An Naml
1-2
27
735
Al Isra
89
17
557
Thaahaa
2
20
601


2.      KEIMANAN
Allah maha tunggal dan sifat-sifat-Nya yang Agung
Nama surat
Ayat
Surat Ke
Halaman
Al Ikhlas
1-3
112
1271
Asy Syuara
11
42
953
Al Hadiid
3
57
1081
Al An’am
101
6
265
Al A’raf
54
7
297
Al Hajj
61
22
653

3.      IBADAH
Ibadah karena pamer (Ria) tidak ada artinya
Nama surat
Ayat
Surat Ke
Halaman
Al Baqarah
264
2
83
An Nisaa
38
4
159
Al Anfaal
47
8
345
Al Maa’uun
6
109
1267
An Nisaa
142
4
189

4.      PERKAWINAN
Wanita-wanita yang tidak boleh dinikahi
Nama surat
Ayat
Surat Ke
Halaman
Al Baqarah
221
2
65
An Nisaa
22
4
153
An Nisaa
23
4
153
An Nisaa
24
4
155

5.      SAINS & TEKNOLOGI
Ilmuan tinggi derajatnya
Nama surat
Ayat
Surat Ke
Halaman
Al Mujadalah
11
58
1093
Al An’am
97
6
263
Al A’raf
32
7
289
At Taubah
11
9
355
Yunus
5
10
393
Az Zumar
9
39
905
Al Ankabut
43
29
779
Faathir
28
35
857
Ali Imran
7
3
95
An Nisaa
162
4
193
Thaahaa
114
20
615





6.      KESEHATAN
Makanan yang diharamkan
Nama surat
Ayat
Surat Ke
Halaman
Al A’raaf
81
7
303
An Nahl
55
27
743
Al Ankabuut
29
29
777

7.      EKONOMI
Setiap orang harus mencari rezeki untuk hidupnya
Nama surat
Ayat
Surat Ke
Halaman
Al Israa
77
28
767
Al Jumuah
9-10
62
1119
An Nahl
114
16
535
Al Baqarah
172
2
49
Ar Ra’d
22
13
479
Al Israa’
70
17
553
Asy Syura
20
42
957
Ar Rum
23
30
791

8.      KEMASYARAKATAN/KENEGARAAN
Manusia khilafah Allah di muka bumi
Nama surat
Ayat
Surat Ke
Halaman
An Nur
55
24
689
Al A’raaf
129
7
311
Shaad
26
38
893
Al An’am
165
6
281
Yunus
14
10
397
Yunus
73
10
409
Faathir
39
35
859
Al A’raaf
69
7
299
An Nur
55
24
689

9.      BUDI PEKERTI LUHUR
Orang dengki membahayakan dirinay sendiri
Nama surat
Ayat
Surat Ke
Halaman
Al Falaq
5
113
1271
An Nisa’
54
4
163
Al Hadiid
109
2
33

10.  SEJARAH
Kehancuran Saba’ karena tidak mensyukuri nikmat
Nama surat
Ayat
Surat Ke
Halaman
Saba’
15-16
34
841






F.     Gagasan revolusioner

Perbedaan yang mencolok dalam Tafsir Rahmat ini terlihat dalam gaya bahasa penulisan yang termasuk ke dalam gaya bahasa populer. Sehingga membuat pembaca menjadi lebih ringan, dan mudah dipahami. Selain itu juga bentuk penulisan Tafsir Rahmat termasuk dalam bentuk penulisan non ilmiah, yang mana dalam bentuk penulisannya tidak menggunakan kaidah penulisan ilmiah yang mensyaratkan adanya footnote, endnote, maupun catatan perut.




DAFTAR PUSTAKA

H. Oemar Bakry, Tafsir Rahmat.
Drs. Tajul Arifin, Kajian Al-Qur’an di Indonesia.
Muhammad Amin Suma, Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an .

Dr.Lutfi Fathullah, Aplikasi digital Maktabah Syamillah.







[1] H. Oemar Bakry, Tafsir Rahmat.
[2] Ibid.xvi
[3] Drs. Tajul Arifin, Kajian Al-Qur’an di Indonesia,hlm.152
[4] H. Oemar Bakry, Tafsir Rahmat.hlm 201
[5]Ibid. 1325
[6] Ibid
[7] Muhammad Amin Suma, Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an .hlm 113
[8] Dr.Lutfi Fathullah, Aplikasi digital Mkatabah Syamillah.
[9] H. Oemar Bakry, Tafsir Rahmat.hlm 621

Tidak ada komentar:

Posting Komentar