Analisis
Metodologi Tafsir Rahmat Karya H. Oemar Bakry
Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah
sejarah tafsir di indonesia
Disusun oleh:
M. Azis Anshori
Miss. Paesa
Habi. Asyauqi
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalam
Allah SWT yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril
sebagai petunjuk. Pada perkembangannya banyak di kalangan orang-orang yang
mempelajari dan mengkaji Al-Qur’an, dari masa Rasulullah sampai saat ini Al-Qur’an
secara teks masih tetap murni tidak ada perubahan, namun secara konteks ada
perubahan yang perlu di kaji.
Di samping itu juga untuk
memahami secara mendalam mengenai Al-Qur’an ada yang di sebut dengan penafsiran
pada masa Rasulullah SAW sampai saat ini banyak yang menafsir kan Al-Qur’an yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman secara mendalam isi dari Al-Qur’an, begitu
banyak sekali tafsir-tafsir mulai dari periode Klasik, Pra-modern, Modern dan
Kontemporer.
Hal ini juga berlaku dengan
kajian tafsir yang ada di Indonesia. Sesuai dengan kondisi sosio-historisnya,
Indonesia juga mempunyai perkembangan tersendiri dalam kaitannya dengan proses
untuk memahami dan menafsirkan al Qur’an yang berbeda dengan negara-negara
berpenduduk muslim lainnya.
Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini tentu
juga mempunyai korelasi signifikan dengan kebutuhan akan pemahaman yang benar
tentang al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam kehidupan seorang muslim. ini
mencoba untuk membahas perkembangan kajian tafsir yang ada di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Biografi
dan Riwayat pendidikan H. Oeamar Bakry?
2.
Apa
sejarah penulisan Tafsir Rahmat?
3.
Apa
sumber Tafsir Rahmat?
4.
Apa
metode tafsir yang dipakai?
5.
Apa
corak pada tafsir tersebut?
6.
Apa
Gagasan Revolusionernya?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
biografi dan riwayat pendidikan penulis Tafsir Rahmat.
2.
Mengetahui
sejarah penulisan Tafsir Rahmat.
3.
Mengetahui
sumber yang digunakan.
4.
Mengetahui
metode Tafsir.
5.
Mengethui
corak pada Tafsir Rahmat.
6.
Mengetahui
gagasan Revolusioner.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Penulis Tafsir Rahmat
Nama : H. Oemar
Bakry
Lahir : 26
Juni 1916 di desa Kacang, Danau Singkarak, Sumatera Barat
Wafat : Pada tahun 1985
Pendidikan : Sekolah Dasar Kacang; Sekolah Sambungan Singkarang;
SekolahThawalib (tamat 1932), Sekolah Diniyah Putra Padang Panjang;
Kulliyatul Mu’alimin Islami Padang (tamat dengan angka terbaik); 1954 Fakultas
Sastra Universitas Indonesia, tidak sampai tamat.
Pengajar : Sekolah Thawalib
Padang, (1933-1936), Direktur Sekolah Guru Muhammadiyah Padang Sidempuan,
(1937), Sekolah Thawalib Padang Panjang, (1938-sampai masuk tentara Jepang),
Direktur Public Typewriting School, sekarang namanya Taman Kemajuan
Dakwah :
– Sumatera Barat, Jakarta, Bandung
– Universitas al-Azhar, Kairo (22 Desember 1983)
– IAIN Sunan Ampel Surabaya (11 Februari 1984)
– IAIN Imam Bonjol Padang (26 Maret 1984)
– Universitas Bung Hatta Padang (28 Maret 1984)
Organisasi :
– Anggota Parpol Persatuan
Muslimin Indonesia (1930-an)
– Anggota Masumi, pernah menjabat pimpinan Masyumi Sumatera Tengah
– Ketua IKAPI Jakarta Raya beberapa periode
– Ketua Yayasan Al-Falah
– Yayasan Pemelihara Kesucian al-Qur’an al-Karim
– Yayasan Thawalib Jakarta
Pengusaha :
– Pendiri dan Dirut
Penerbit dan Percetakan Offset ‘Mutiara’ (1971) dan ‘Angkasa’ (1972).
– Menghadiri Kongres IPA
(International Publisher Association) di Kyoto, 1976 dan di Kopenhagen, 1980
– Mengadakan hubungan dengan penerbit-penerbit luar negeri (Asia,
Eropa, dan Amerika)
Karya :
Uraian 50 Hadis; Memantapkan Rukun Iman dan Islam; al-Qur’an
Mukjizat yang Terbesar; Apakah Ada Nasakh dan Mansukh Dalam al-Qur’an?;
Keharusan Memahami isi al-Qur’an; Pelajaran Sembahyang; Dengan Taqwa Mencapai
Bahagia; Kebangkitan Umat Islam di Abad Ke-XV H; Polemik H. Oemar Bakry dengan
H.B.Yassin tentang al-Qur’an Bacaan Mulia, Kamus Indonesia Arab Inggris, Kamus
Arab Indonesia Inggris, Kamus Arab Indonesia, Kamus Indonesia Arab, Tafsir
Madrasi (B. Arab), Makarimul Akhlak (B. Arab), al-Ahadissahihah (B. Arab), Bung
Hatta Selamat Jalan. Cita-citamu Kami Teruskan, Bunga Rampai Sumpah Pemuda,
Akhlak Muslim, Islam Menentang Sekularisme, Menyingkap Tabir Arti “Ulama”.[1]
B.
Sejarah penulisan
Tafsir ini dinamakan “Tafsir Rahmat” sesuai dengan tujuan
diturunkan Al-Qur’an agar menjadi rahmat bagi alam semesta.
Tafsir ini
disusun demikian ringkasnya seperti Tafsir Al Mufassar oleh Muhammad Farid
Wadji yang hanya satu jilid saja, untuk memudahkan para peminat mengambil
petunjuk dan hidayah dari Al-Qur’an. Manusia yang dewasa ini sudah disibukan
oleh berbagai urusan, kebanyakan tidak mempunyai cukup waktu senggang untuk
membuka dan membaca tafsir-tafsir yang panjang. Uraiannya “padat” dan “tepat”,
tidak dicampuri dengan masalah-masalah khilafah dan tidak pula dengan cerita-cerita
dongeng Israiliyyat. Dengan demikian mudahlah diambil pengertiannya dan dapat
dijadikan pedoman hidup.[2]
Bakry sendiri lebih menekankan teks Arab,
pertama, dengan tulisan yang lebih besar, dua kali lebih besar dari teks-teks
Arab yang terdapat dalam tafsir-tafsir yang disebutkan pada bagian-bagian
sebelumnya pada bab ini. Ukuran tersebut sama besarnya dengan teks-teks Arab
al-Qur’an yang ada di Indonesia yang tidak disertai terjemahan. Selain itu,
teks yang terdapat dalam tafsir Rahmat tidak terputus-putus, dalam format teks
Arab, yang nomor-nomor ayatnya dapat ditemukan di permulaan, tengah, atau akhir
suatu baris. Keadaannya berbeda dari tafsir-tafsir yang diresensi sampai sejauh
ini, yang memakai gaya penyajian ayat-ayat secara per kelompok yang dibatasi
oleh baris yang memisahkannya.
Tujuan Bakry adalah untuk menyesuaikan
karyanya dengan pola penerjemahan al-Qur’an yang umum di dunia Arab: secara
jelas dapat disimpulkan bahwa menurutnya model ini lebih resmi, dan dengan cara
penyajian seperti ini akan memudahkan para pembaca. Bakry juga menggunakan
tanda-tanda baca yang standar yang ditemukan pada sebagian besar al-Qur’an yang
ditulis dalam bahasa aslinya—satu hal yang juga dilakukan oleh Ash-Shiddiqie
dalam tafsir al-Bayan.[3] Dalam Tafsir Rahmat ini, H Oemar Bakry menggunakan terjemahan
dengan penggunaan dua segi yakni dilihat dari segi penterjemahan secara harfiah
maupun penterjemahan secara makna. Beliau juga menuturkan contoh dari
penterjemahan secara harfiah seperti surat al-Ikhlas.
Sedangkan maksud beliau menggunakan
penterjemahan secara makna adalah dikarenakan tidaklah semua perkataan dan
susunan kalimat diterjemahkan menurut susunan yang ada. Di sana sini diadakan
perubahan agar maknanya tepat. Hal ini digunakan beliau untuk menghindari
pengertian ayat yang tidak jelas dan susah dipahami jika dipaksakan selalu
menggunakan penterjemahan secara harfiah. Sehingga dicarilah kata-kata yang
tepat dalam penterjemahan. Menurut beliau tujuan utama dalam menterjemahkan
ialah untuk mengambil pengertian dari ayat-ayat itu.
C.
Sumber Tafsir
Sumber primer :
Menurut kelompok kami mengenai
Tafsir Rahmat dalam sumber penafsirannya adalah menggunakan Tafsir bil Ra’yi.
Seperti contoh dalam Q.S Al Maidah :1-2
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ أُحِلَّتْ
لَكُمْ بَهِيمَةُ الأنْعَامِ إِلا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي
الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلا
الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلا الْهَدْيَ وَلا الْقَلائِدَ وَلا آمِّينَ الْبَيْتَ
الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنْ رَبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ
فَاصْطَادُوا وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَنْ تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya :
1.
Hai
orang-orang yang beriman, tepatilah segala macam janjimu! Dihalalkan bagimu
memeankan binatang ternak (seperti unta, sapi, kerbau, biri-biri), kecuali yang
akan dibacakan (diterangkan kepadamu mana makanan yang dilarang). Dilarang
memburu binatang waktu mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menghukum menurut
yang dikehendaki-Nya).
2.
Hai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar (agama) Allah (tempat-tempat
dan upacara ibadah haji) dan jangan (pula), melanggar kehormatan bulan haram
(Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab), jangan pula mengganggu hadya
(binatang-binatang yang disembelih di tanah haram untuk fakir-miskin), dan
qalaid (binatang-binatang yang sudah di berikan tanda dengan kalung di lehernya
untuk hadiah), dan jangan pula menggangu
orang-orang yang menziarahi Baitul Haram, mereka mnecari karunia dan keridhoan
Allah. dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, bolehlah kamu berburu.
Janganlah kamu berbuat aniaya (membalas dendam) kepada kaum yang menghalangi
kamu dari Masjidil Haram. Bertolong-tolonganlah berbuat baik dan takwa dan
janganlah bertolong-tolongan berbuat dosa dan aniaya. Takutlah kepada Allah!
Sesungguhnya Allah berat sekali siksaan-Nya.
Dalam
dua ayat ini ada dua kesimpulan :
1.
Kepada
orang mukmin diwajibkan memenuhi janji-janji yang sudah di buat:
a.
Janji
kepada Allah. sebagai seorang mukmin sudah mengakui dan berjanji akan mematuhi
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Mengerjakan shalat,
puasa, haji, membayar zakat, berdoa dan sebagainya.
b.
Janji
kemasyarakatan yang ada hubungannya dengan sesama manusia. Tidak memakan riba,
tidak menipu, tidak berdusta, tidak memfitnah, tidak dengki, tidak membunuh,
tidak mencuri, tidak merampok. Juga janji yang baik. Kasih mengasihi, bantu
membantu, beramal shaleh. Menyuruh berbuat yang makruf dan melarang melakukan
mungkar.
2.
Dalam
kedua ayat ini sudah diterangkan berbagai hukum :
a.
Makanan
yang dihalalkan, yaitu binatang ternak seperti sapi, unta, kerbau, biri-biri,
makanan yang diharamkan akan menyusul
pada ayat-ayat yang lain.
b.
Perbuatan-perbuatan
yang dilarang dilarang waktu mengerjakan ibadah haji : berburu, melanggar
syi’ar-syi’ar Allah, berbuat kesalahan (dosa).
c.
Hidup
rukun damai, bertolong-tolongan berbuat baik, tidak mencari permusuhan dan
mengadakan komplotan untuk melakukan kejahatan. Akhirnya ditutup dengan
perintah agar bertakwa kepada Allah. Melakukan semua suruhan-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.[4]
Dia atas merupakan salah satu contoh dari penafsiran Oemar Bakry
dalam Tafsir Rahmat, yang mana bisa dilihat bahwa sumber penafsirannya
menggunakan Ra’yi dan juga kalo di analisis pada Q.S Al-Maidah :1-2 ayat dan
arti sama dengan Al-Qur’an yang lainnya, seperti Depag namun yang membedakannya
hanya dalam penggunakan bahasa, itupun tidak banyak dan yang ditafsirkan oleh
Oemar Bakry adalah kesimpulan dari kandungan ayat 1-2 pada Q.S Al-Maidah.
Contoh penafsiran di atas berlaku atau sama halnya dengan surat-surat
yang lainya dalam Tafsir Rahmat, semua hampir berisikan kesimpulan-kesimpulan
dalam setiap ayat.
Sumber Sekunder :
Tafsir Al
Manar, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha.
Tafsir Al
Maraghi, Ahmad Musthafa Al Maraghi.
Tafsir, Ibnu
Katsir.
Fi Dhilalil
Qur’an, Said Qutub.
Tafsir Al
Qur’an, Prof. H. Mahmud Yunus.
Tafsir Al
Azhar, Prof. Dr. Hamka.
Al Qur’an dan
Tarjamahan, Departemen Agama.
Al Furqan Fi
Tafsiril Qur’an, Hasan bin Ahmad.
Tafsir Al
Qur’an, H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin.
Ittijahuttafsir,
Mustafa Muhammad Al Hadidi Thair.
Tafsir Mushaf
Al Mufassar, Muhammad Farid Wadji.
Tafsir Qurthubi,
Abi Abdullah Muhammad Ahmad bin Ahmad Anshari Al Qurtubhi.[5]
Pada
sumber-sumber diatas bahwa tafsir Rahmat dalam penulisannya menggunakan sumber
Qur’an dengan Qur’an.
D.
Metode Penafsiran
Metode umum
Pada Tafsir Rahmat ini Bakry dalam penafsirannya menggunakan metode
ijmali. Selain isi tafsir dalam bidang hukum yang terlihat dengan menyesuiakan
masyarakat yang patriakhi, penulis lebih menekankan pada sisi kebahasaan dengan
tujuan lebih memudahkan para pembaca. Oemar Bakry memperlihatkan penggunaan kata dan perkembangan bahasa
Indonesia, dan mengguanakan istilah dalam bahasa Indonesia yang baru.[6] ijmaliy adalah
penafsiran Al-Quran yang dilakukan dengan cara mengemukakan isi kandungan
Al-Quran melalui pembahasan yang bersifat umum (global), tanpa
uraian apalagi pembahasan yang panjang dan luas, juga tidak dilakukan secara
rinci.[7]
Contoh penafsiran pada Tafsir Rahmat :
Q.S Al-Anbiya (21):1-13
بسم الله
الرحمن الرحيم
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ
(1) مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ
وَهُمْ يَلْعَبُونَ (2) لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ
ظَلَمُوا هَلْ هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ
تُبْصِرُونَ (3) قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (4) بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ
افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ
(5) مَا آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ
(6) وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (7) وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا
لَا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ (8) ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ
الْوَعْدَ فَأَنْجَيْنَاهُمْ وَمَنْ نَشَاءُ وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ (9)
لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
(10) وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا
قَوْمًا آخَرِينَ (11) فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا
يَرْكُضُونَ (12)[8]
a.
Memperingatkan agar manusia jangan lalai dan dibawa hanyut
oleh ke duniaan semata. Ada lagi kehidupan akhirat yang kekal abadi.
b.
Kaum musyrikin tidak mau mengindahkan ayat-ayat Tuhan yang
disampaikan Muhammad. Banyak saja alasan mereka untuk menolaknya. Muhammad
tukang sihir, isi Al Qur’an itu kumpulan mimpi belaka, begitulah ocehan mereka.
Mereka juga minta dibuktikan kebenaran Rasulullah dengan mukjizat, padahal
mukjizat-mikjizat sudah pernah mukjizat didatangkan, mereka tidak juga akan
beriman.
c.
Para Rasul Allah termasuk Muhammad, adalah manusia biasa.
Kelebihan mereka hanyalah karena diangkat menjadi Rasul dan diberi kitab serta
mukjizat. Al Qqur’an ynag diturunkan kepada Rasulullah hendaklah dijadikan
pegangn hidup, “way of life” untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
keselamatan di akhirat. Kebenarannya mutlak, absolut tidak disangsikan. Al
Qur’an tidak dapat dibandingkan dengan ide atau ideologi apapun bikinan
manusia. Jauh sekali bedanya seperti siang dan malam.
d.
Umat-umat yang tidak mengindahkan wahyu Allah, akhirnya
hancur binasa. Sengsara didunia dan kelak menderita azab untuk selamanya di
neraka.
Pada ayat 1-13 hanya terdapat empat poin yang di simpulkan oleh
Oemar Bakry. Pada penafsiran diatas jelas bahwa metode ijmali di gunakan oleh
Bakry dalam penafsirannya dengan menfsirkan ayat Al-Anbiya ayat 1-13 dengan sangat
ringkas.[9]
Metode husus
Pada Tafsir Rahmat
dalam pemaparannya menggunakan teknik kesimpulan atau ringkasan pada ayat
tertentu. Seperti contoh diatas pada QS Al Anbiya ayat 1-13 hanya terdapat
kesimpulan empat poin. Kasus diatas berlaku di semua ayat pada penafsirannya.
Namun pada poin
kesimpulannya berbeda-beda, tergantung penafsir. Ada yang 2 poin sampe 4 poin.
E.
Corak penafsiran
Tujuan penafsiran
Tafsir Rahmat dalam penafsirannya menggunakan corak Adabi
‘ijtima’i, yaitu suatu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an
yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat.
Bakry menekankan pembahasannya
kepada kesesuaian al-Qur’an dengan perkembangan teknologi, dia menyediakan satu
indeks tema-tema al-Qur’an yang dilengkapi dengan rujukan ke teks-teks yang
sesuai. Tema-tema tersebut berhubungan dengan masalah ‘keimanan, penyembahan,
perkawinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan, ekonomi, masyarakat dan
bangsa, identitas budaya, dan sejarah.
Tsaqofah/ latar belakang
1.
AL-QUR’AN
Al Qur’an menjadi rahmat dan petunjuk bagi manusia
Nama surat
|
Ayat
|
Surat Ke
|
Halaman
|
Al Isra
|
82
|
17
|
557
|
Al Isra
|
9
|
17
|
543
|
An Naml
|
1-2
|
27
|
735
|
Al Isra
|
89
|
17
|
557
|
Thaahaa
|
2
|
20
|
601
|
2.
KEIMANAN
Allah maha tunggal dan sifat-sifat-Nya yang Agung
Nama surat
|
Ayat
|
Surat Ke
|
Halaman
|
Al Ikhlas
|
1-3
|
112
|
1271
|
Asy Syuara
|
11
|
42
|
953
|
Al Hadiid
|
3
|
57
|
1081
|
Al An’am
|
101
|
6
|
265
|
Al A’raf
|
54
|
7
|
297
|
Al Hajj
|
61
|
22
|
653
|
3.
IBADAH
Ibadah karena pamer (Ria) tidak ada artinya
Nama surat
|
Ayat
|
Surat Ke
|
Halaman
|
Al Baqarah
|
264
|
2
|
83
|
An Nisaa
|
38
|
4
|
159
|
Al Anfaal
|
47
|
8
|
345
|
Al Maa’uun
|
6
|
109
|
1267
|
An Nisaa
|
142
|
4
|
189
|
4.
PERKAWINAN
Wanita-wanita yang tidak boleh dinikahi
Nama surat
|
Ayat
|
Surat Ke
|
Halaman
|
Al Baqarah
|
221
|
2
|
65
|
An Nisaa
|
22
|
4
|
153
|
An Nisaa
|
23
|
4
|
153
|
An Nisaa
|
24
|
4
|
155
|
5.
SAINS & TEKNOLOGI
Ilmuan tinggi derajatnya
Nama surat
|
Ayat
|
Surat Ke
|
Halaman
|
Al Mujadalah
|
11
|
58
|
1093
|
Al An’am
|
97
|
6
|
263
|
Al A’raf
|
32
|
7
|
289
|
At Taubah
|
11
|
9
|
355
|
Yunus
|
5
|
10
|
393
|
Az Zumar
|
9
|
39
|
905
|
Al Ankabut
|
43
|
29
|
779
|
Faathir
|
28
|
35
|
857
|
Ali Imran
|
7
|
3
|
95
|
An Nisaa
|
162
|
4
|
193
|
Thaahaa
|
114
|
20
|
615
|
6.
KESEHATAN
Makanan yang diharamkan
Nama surat
|
Ayat
|
Surat Ke
|
Halaman
|
Al A’raaf
|
81
|
7
|
303
|
An Nahl
|
55
|
27
|
743
|
Al Ankabuut
|
29
|
29
|
777
|
7.
EKONOMI
Setiap orang harus mencari rezeki untuk hidupnya
Nama surat
|
Ayat
|
Surat Ke
|
Halaman
|
Al Israa
|
77
|
28
|
767
|
Al Jumuah
|
9-10
|
62
|
1119
|
An Nahl
|
114
|
16
|
535
|
Al Baqarah
|
172
|
2
|
49
|
Ar Ra’d
|
22
|
13
|
479
|
Al Israa’
|
70
|
17
|
553
|
Asy Syura
|
20
|
42
|
957
|
Ar Rum
|
23
|
30
|
791
|
8.
KEMASYARAKATAN/KENEGARAAN
Manusia khilafah Allah di muka bumi
Nama surat
|
Ayat
|
Surat Ke
|
Halaman
|
An Nur
|
55
|
24
|
689
|
Al A’raaf
|
129
|
7
|
311
|
Shaad
|
26
|
38
|
893
|
Al An’am
|
165
|
6
|
281
|
Yunus
|
14
|
10
|
397
|
Yunus
|
73
|
10
|
409
|
Faathir
|
39
|
35
|
859
|
Al A’raaf
|
69
|
7
|
299
|
An Nur
|
55
|
24
|
689
|
9.
BUDI PEKERTI LUHUR
Orang dengki membahayakan dirinay sendiri
Nama surat
|
Ayat
|
Surat Ke
|
Halaman
|
Al Falaq
|
5
|
113
|
1271
|
An Nisa’
|
54
|
4
|
163
|
Al Hadiid
|
109
|
2
|
33
|
10.
SEJARAH
Kehancuran Saba’ karena tidak mensyukuri nikmat
Nama surat
|
Ayat
|
Surat Ke
|
Halaman
|
Saba’
|
15-16
|
34
|
841
|
F.
Gagasan revolusioner
Perbedaan yang mencolok dalam Tafsir Rahmat ini terlihat dalam gaya
bahasa penulisan yang termasuk ke dalam gaya bahasa populer. Sehingga membuat
pembaca menjadi lebih ringan, dan mudah dipahami. Selain itu juga bentuk
penulisan Tafsir Rahmat termasuk dalam bentuk penulisan non ilmiah, yang mana
dalam bentuk penulisannya tidak menggunakan kaidah penulisan ilmiah yang
mensyaratkan adanya footnote, endnote, maupun catatan perut.
DAFTAR PUSTAKA
H. Oemar Bakry, Tafsir Rahmat.
Drs. Tajul Arifin, Kajian
Al-Qur’an di Indonesia.
Muhammad Amin Suma, Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an .
Dr.Lutfi Fathullah, Aplikasi digital Maktabah Syamillah.
[1] H. Oemar
Bakry, Tafsir Rahmat.
[2] Ibid.xvi
[3] Drs.
Tajul Arifin, Kajian Al-Qur’an di Indonesia,hlm.152
[4] H. Oemar
Bakry, Tafsir Rahmat.hlm 201
[5]Ibid.
1325
[6] Ibid
[7] Muhammad
Amin Suma, Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an .hlm 113
[8] Dr.Lutfi
Fathullah, Aplikasi digital Mkatabah Syamillah.
[9] H. Oemar
Bakry, Tafsir Rahmat.hlm 621
Tidak ada komentar:
Posting Komentar